Salah satu hal yang paling berbeda antara startup dan korporasi besar adalah cara perekrutan karyawan baru. Baik startup dan korporasi besar memiliki daya tarik dan penawaran masing - masing.
Keduanya memiliki cara pandang yang berbeda dalam menerima pekerja baru. Korporasi besar yang kental dengan nilai - nilai professionalisme tinggi serta struktur organisasi yang sudah menetap, tidak bisa begitu saja menerima karyawan baru.
Seleksi yang sangat ketat dan hati - hati kerap kali menjadi ciri khas korporasi besar saat membuka rekrutmen sehingga banyak generasi muda dari kalangan millennial menilai cara perekrutan korporasi besar sangat berbelit - belit dan ribet.
Sedangkan startup, perusahaan yang baru merintis terbuka dengan nilai - nilai baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam cara perekrutan karyawan baru, mereka lebih mementingkan apa yang pelamar bisa lakukan untuk berkontribusi bagi perusahaan dan apakah pelamar memiliki visi, misi, dan tujuan yang sama dengan perusahaan.
Asalkan kedua belah pihak merasa cocok satu sama lain, maka kemungkinan besar kandidat tersebut dapat menjalani masa percobaan atau probation di startup tersebut.
Selain itu, sebagai perusahaan yang sudah beroperasi lebih lama daripada startup, tentu setiap korporasi besar punya metodenya sendiri bagaimana menyeleksi pegawai baru agar nantinya bisa memberikan kontribusi kepada perusahaan.
Korporasi besar yang mayoritas telah berdiri selama lebih dari 10 tahun, tentu memegang teguh nilai - nilai bekerja yang sudah dipegang sejak berdirinya perusahaan.
Untuk memenuhi nilai - nilai perusahaan tersebut, setiap perusahaan perlu memikirkan strategi yang matang dalam merekrut pegawai baru. Itulah kenapa kebanyakan korporasi besar sangat memperhatikan hal - hal yang sifatnya administrasi seperti ijazah kuliah, nilai IPK, dan hasil health check-up karena dengan itu, HRD bisa mendapat gambaran seperti apa calon karyawan baru tersebut.
Ditambah lagi, proses perekrutan yang harus melewati berbagai tahap seperti tes tertulis, tes psikotes, wawancara dengan tim HRD, wawancara kedua, dan wawancara terakhir dengan petinggi perusahaan, baru akhirnya perusahaan memutuskan kandidat mana yang akan diterima.
Divisi HRD perusahaan harus memastikan bahwa karyawan yang nantinya bergabung adalah talenta terbaik agar bisa memberikan kontribusi kepada perusahaan dalam jangka waktu yang lama.
Berbeda sekali dengan startup, dalam lingkungan kerjanya saja karyawan bisa berinteraksi secara langsung dan terbuka dengan CEO dan founder. Saat merekrut karyawan, setelah mengumpulkan CV, ada startup yang memberikan tes simulasi kerja kepada calon pegawai, dan ada juga yang langsung interview dengan HRD.