Saat aku harus menjadi tetap aku dan kamu menjadi tetap kamu
Hidup adalah sebuah proses perjalanan yang terukur dengan hitungan waktu. Selama hidup di dunia kita diberikan banyak kesempatan untuk memilih jalan masing-masing, hanya kita sendiri yang menentukan. Kadang hidup tidak sesuai harapan, betapa gelapnya jalan didepan. Kita hanya harus tetap berusaha atau hanya jalan ditempat, daripada mengutuk kegelapan lebih baik mencari sumber cahaya bukan? Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau dari biasanya, merekapun kadang memandang begitu terhadap yang lainnya. Perbedaan menciptakan tanda tanya dibenak kita masing-masing, perbedaan sampai sekarang selalu menjadi misteri. Jika aku menjadi tetap aku akankah aku bisa melakukan yang mereka lakukan, atau hanya terjebak dalam sebuah misteri hidup. Aku ingin tetap menjadi aku diantara perbedaan kalian, berbabur hingga menghasilkan bentuk atau warna aneh yang tidak pernah ada dalam kehidupan. Saat kamu menjadi tetap kamu apakah kamu berpikir demikian?
Kehidupan hari ini kian beragam, kita disuguhkan dengan banyak hal yang tidak mungkin bisa kita lalui sendirian. Dengan materi yang melekat, nilai sebuah kepuasan tidak akan pernah ada hentinya. Pola pikir aneh atau memang penyakit mental yang menghantuiku dalam tiap perjalanan hidupku, aku selalu berpikir melakukan sesuatu demi umat manusia, dengan berbagai cara. Seakan semua itu adalah tugas wajib yang diberikan tuhan kepadaku, entah mereka mau menerimanya atau sekedar memperhatikannya sebentar lalu kemudian lewat begitu saja. Disamping kehidupan rutin kita sebagaimana yang dijalani manusia lainnya, selalu ada upaya yang kulakukan demi menarik perhatian mereka semua, itu adalah kewajiban sebagai seorang aku.Kadang aku ingin menjadi kalian, meninggalkan sebentar seorang aku, biarkan aku menjadi kalian tanpa perlu kalian menjadi aku. Aku selalu berandai-andai dalam mimpi supaya menjadi kalian, tiap ada kesempatan aku selalu menyampaikannya kepada tuhan, tapi entah sampai sekarang aku tidak pernah menjadi kalian. Menurut mereka aku bisa saja menjadi kalian tapi karakter aku tidak akan pernah hilang dan akan terus melekat.
Aku masih hidup dalam tataran idealis, usiaku muda tapi pikiranku tua. Aku selalu merasa tujuh tahun lebih tua dari usia sekarang. Kehidupanku banyak dilalui dengan aktivitas yang berhubungan dengan rasa. Kesenian selalu menjadi hal favoritku sampai sekarang, dahulu aku kuliah di jurusan ilustrasi, fakultas seni rupa. Sekarang bekerja mewujudkan mimpi yang mungkin kebanyakan orang percuma atau mustahil untuk dijalani. Jiwa idealisku lama kelamaan akan pudar dimakan waktu, tubuhku mungkin akan mulai memiliki tumpukan lemak, kerja keras dan gaya hidup konsumtif akan menjadi menghantuiku sampai aku mati. Sekarang aku masih bisa tetap bertahan, tapi beberapa tahun lagi mungkin aku akan menyerah, lelah, staminaku mungkin tidak akan cukup mencapai jalan yang ingin kucapai. Segala hal yang pernah kuinginkan daridulu satu persatu sirna, untuk tetap hidup aku harus melupakannya dan mengganti dengan angan yang lainnya, mungkin bisa saja aku kurang bersyukur atau terlalu cepat menyerah dalam menjalani sebuah cita-cita yang ideal. Mengeluh kini hanya memperburuk keadaan, lebih baik diam dan menikmati segala penderitaan hidup sendirian, baik dan buruk biarkan saja simpan di dalam pikiran dan hati.
Entah kekuatan apa yang dapat membangkitkan semangatku, kadang ia datang dan kadang ia pergi. Ia selalu tidak bisa menetap lama, kegagalanku dalam memulai sebuah proses terkadang menimbulkan perasaan kecewa, padahal semuanya baru di awal. Langkah demi langkah kujalani semuanya dengan hati-hati, tidak mau semuanya terjadi lagi seperti sebelumnya, sekarang mungkin aku hanya menunggu karena semuanya itu datang secara misterius. Perasaan selalu menjebakku dengan menciptakan gambaran ideal sebuah proses, akan tetapi logika selalu mengukur semua hal itu bisa dicapai atau tidak. Perasaan selalu memberikan kekuatan positif untuk tetap ikhlas terhadap segala hal yang ada, tapi logika selalu menyalahkanku akan semua aksi yang telah kuperbuat, entah aku harus berunding dengan siapa. Aku ingin lepas dari belenggu, aku ingin sesuatu yang kucapai tepat pada momennya. Mereka bilang manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas akan segala sesuatu, ya itu benar sampai mereka menyadarinya secara langsung.
Sadar atau tidak kita adalah bagian dari sebuah sistem yang sangat kompleks, kita hidup diantara komposisi yang tidak terhingga. Kita adalah bagian dari sebuah proses tidak akan pernah berhenti. Kenyataan memang kadang membuat kita takut, ingin rasanya bersembunyi, memejamkan mata lalu berpikir semua yang terjadi segera sirna. Ayolah kawan, kita berbicara tentang hal yang membuat benak tanya, lalu kita simpulkan bersama di sebuah teras dengan pemandangan rumput yang luas, selagi kopi hangat dan biskuit manis menemani.
-Audi Moslem
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H