Lihat ke Halaman Asli

Auda Zaschkya

TERVERIFIKASI

Perempuan. Pernah jadi wartawati.

[Rindu] Aku Rindu, Itu Saja!

Diperbarui: 8 September 2016   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi diambil dari petty-it-girl-in-pink.tumblr.com

[Rindu] Aku Rindu, Itu Saja!

Sekira seribu lima ratus hari yang lalu, adalah proses pendewasaan diri bagiku, di mana jejak-jejak rindu kembali mulai coba gerogoti hariku. Kutepis memang, hatiku bergejolak,

"Hore... aku menang." Sejak saat itu, semakin kuat hasratku membentengi hati agar tak kembali dibodohi cinta.

Saat kita berkenalan, semuanya biasa pula. Hari-hari awal terlewati dengan keangkuhanmu, menjawabku sekenanya.

"Sial. Sombong sekali lelaki ini," bisikku dalam hati. Tak ada yang berani menolak bicara denganku sebelumnya. Walau tampangku tak secantik model maupun perempuan pada umumnya, namun aku perempuan ceria.

Sebulan, dua bulan, akhirnya gelak tawa, tak lupa canda bahagia adalah rutinitas kami. Melihatnya hadir adalah bagian penting di hidupku sehari-hari. Aku tak peduli akan perempuannya, toh awalnya kami hanya sahabat. Tak segan semua tentangku, kudendangkan di telinganya lewat desah malam. Dia mendengarku.

Suatu hari, rasa itu menggelegak. Tak mampu kubendung lagi hingga di tujuh ratus lima puluh hari setelahnya, tanpa pikir-pikir, kukatakan aku membutuhkannya, aku mencintainya. Aku tak berharap dia memilihku. Buatku, kenyamanan antara kami, adalah yang terpenting.

Dia terkejut. Kurasa saat itu, banyak tanya di kepalanya. Sembari terisak, kukatakan, pernah kucicipi posisi ini dan aku tahu rasanya. Namun aku berusaha tegar, sesungguhnya perkataanku selanjutnya, merobek-robek hatiku.

"Tak kan kurusak hubunganmu dengan dia. Aku memang tergila padamu tapi aku bukan psikopat cinta. Tapi tolong, jaga hatiku. Buat aku merasakan cinta lagi. Setidaknya, hidupku berwarna."

Setelah disanggupinya, hari-hari kami hampir semuanya indah. Akhirnya kami sadar, kami saling mencintai namun sulit untuk bersama. Walau tak langsung terucap, dari mata dan suaranya, dia juga merindukanku. Ya, aku kekasihnya walau tak dipublikasi. Tak masalah bagiku. 

"Cinta yang dewasa, tak butuh publikasi," bisikku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline