[caption id="attachment_300593" align="aligncenter" width="632" caption="Admin/Ilustrasi (Kompas.com)"][/caption]
Auda Zaschkya - 83
*
Sesungguhnya aku malu pada negara tetangga, sebab opini remeh mereka tertuju pada negeri kita. Rasa kesalku bertambah, ketika melihat anak negeri ini tak mampu duduk bersama, demi menjunjung tinggi falsafah negaranya. Inilah Ironi di Negeri Demokrasi.
*
Terkadang, aku merasa heran melihat negeriku. Bagaimana bisa, hampir semua lini, baik pusat dan daerah dimasuki koruptor? Belum lagi, ada yang dengan pongah berkata ingin mengganti falsafah negara ini. Di mana pikiran mereka ketika berbuat demikian?
Apa mereka lupa dengan sumpah pemuda?Apa mereka lupa dengan jasa para pahlawan, yang rela mati demi mempertahankan negara yang baru disadap ini? Hm... Berbicara tentang penyadapan, aku teringat akan kabar baru-baru ini.
Walaupun Aktualisasi diri si Edward Snowden itu tercela, tapi negara kita tetap harus berterima kasih lho sama si bule itu.
Mengapa? Realita jawabnnya. Coba pikir, kalau bukan karena perbuatannya, negara ini akan terus dibodoh-bodohi oleh kedua negara yang dibangga-banggakannya itu.
Sempat ada selentingan kabar mengatakan bahwa, negara ini lemah menghadapi kedua negara hebat itu. Ah... namanya hanya kabar burung. Ketika kulihat berita lagi, kata sang Mentri, negara kita telah bersatu dengan beberapa negara korban serupa, mengadukan nasibnya ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ok, ini langkah positif. Semoga hasilnya tak mengecewakan. Inilah ironi terbaru dari negeri berdaulat ini.
*