Cacat lahir hampir merenggut nyawa seorang bayi yang terlahir dengan berat badan 1.9 kg. Itu aku, Aku tak sempurna saat itu, namun bagiku ibuku bagaikan malaikat yang dikirim Allah SWT untuk melindungiku, si bayi lemah tak berdaya. Beliau adalah makhluk yang diberi kesempurnaan oleh-Nya untuk menopang hidupku.
Ibu merawatku dengan penuh kasih. Tak pernah ada niatnya untuk meninggalkanku atau membuangku, padahal bisa saja ibu menitipkan ku dipanti asuhan atau sekalian saja meletakkan ku di tong sampah, namun ibu urung melakukannya, karena cinta dan penantiannya selama 15 tahun untukku.
Saat aku beranjak dewasa dan hanya hidup berdua bersamanya, aku menjadi mengerti akan kesusahan ibu, dari cerita orang tentang bagaimana kesusahan yang beliau alami dalam merawat bayi cacat yang kini telah bernyawa selama 23 tahun. Nak, jangan lawan ibumu ya.. waktu melahirkanmu, ibumu Hipertensi dan hampir tak bernyawa.
Namun, kini Aku masih menyusahkannya, masih mengecewakannya.. juga masih sering bertengkar dengannya. oh,, ibu maafkan aku.
Ibuku,, kini 60 tahun usianya.2 hari yang lalu, beliau sakit lagi. Aku sedih.. dan kemarin aku mengantarnya ke Rumah Sakit. Sepulang dari Rumah Sakit, sedetikpun aku tak ingin meninggalkannya. Aku tak pergi kuliah, keluar rumah pun karena dipaksa ibu untuk kuliah. Namun aku tak bisa bersantai dengan kuliah. Setelah merenung dalam satu jam perjalanan, aku pun kembali ke rumah. Aku ingin segera melihat keadaan ibu. Maaf ibu, aku tak kuliah demi segera pulang untukmu.
Ibu
Terlalu besar pengorbananmu
Dimasa kecilku
Hingga kini saat dewasaku
***
Ibu
Terlalu banyak kecewamu
Terlau banyak sakitmu
Hanya karena lakuku
Yang tak berkenan dihadapmu
***
Ibu
Tulus maaf ku ucapkan padamu
Aku tak ingin menjadi anak durhaka untukmu
***
Ibu
Maafkan aku
Dan perbuatan durhakaku padamu, bu
***
Ibu
Pasti beribu maaf telah engkau kantongi
Karena ibu memiliki hati malaikat
Yang mungkin tak kupunyai
***
Ibu
biarkan aku memelukmu
kini, esok bahkan hingga akhir hidupmu
***
Selamat hari ibu untuk Ibunda Mariana
Wanita sempurnaku
Maafkan kesalahan dan kekhilafan lakuku
yang pernah kulakukan padamu
***
Medan, 22 December 2011
Auda Zaschkya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H