Lihat ke Halaman Asli

Kinar Set

rajin dan setia

Terorisme Perempuan dan yang Membentuknya

Diperbarui: 2 September 2023   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cnn indonesia

Selama dua dekade ini fenomena terorisme agak bergeser. Bukan soal jumlah saja yang meningkat, tetapi soal keterlibatan personal dalam aksi teror. Jika dahulu adalah kaum adam yang dengan peralatan berat dan besar, kini dilakukan oleh perempuan (termasuk ibu-ibu) dan anak-anak.

Ajaran agama yang ditafsirkan secara salah kini tidak lagi milik para laki-laki saja. Namun juga keluarga, termasuk perempuan dan anak-anak. Ada intervensi faham intoleransi yang kemudian berproses menjadi faham radikalisme. Pendidikan dan komunitas eksklusif menjadi salah satu faktor penting bagi munculnya radikalisme di keluarga. Apalagi jika proses monitoring oleh aparat kian sering dilakukan.

Faktor konektivitas juga menjadi faktor penting bagi kemunculan perempuan menjadi pelaku utama terorisme. Konektivitas ini menggeser kolektivitas, karena konektifitas era masa kini didominasi oleh jejaring modern seperti smartphone. Seseorang bisa berkomunikasi secara intens dengan orang lain tanpa kehadiran fisik dan tersamar.Koneksivitas ini juga terkait dengan tafsir ajaran agama yang juga bergeser. Konektivitas kadang membuat keyakinan bahwa ideologi jihad adalah amalan tertinggi. Dan bukan sekadar pertemuan maya yang tidak bermanfaat menurut mereka.

Itu sebabnya kemudian muncul perempuan seperti Zakiah Aini yang menurut keyakinannya melakukan ammaliyah tertinggi. Sehingga tanpa lingkungan fisik yang mendukungpun dia punya konektivitas dengan beberapa situs yang bisa dia akses di smartphone ataupun internet. Dia punya keyakinan yang kuat karena dia bisa menulis surat wasiat tentang faham yang dia yakini dan berbeda dengan kebiasaan dari keluarga. Zakiah Aini adalah pelaku penembakan / penyerangan di Mabes Polri.

Beberapa penelitian lokal maupun studi dari beberapa organisasi asing menyebut bahwa organisasi Islam di Indonesia muncul sekitar tahun 1980am dengan wajah Darul Islam yang kala itu mulai merekrut perempuan dengan isu perempuan soleha. Lalu ada Jamaah Islamiyah yang sering menyanjung pernikahan dan melarang perempuan berjihad namun jika bersifat emergency, perempuan bisa melakukan jihad.

Inilah yang kemudian menjadi ajaran dan tertanam kuat dibenak beberapa kelompok termasuk keluarga yang memiliki pemahaman serupa. Sehingga kita bisa dapati sekarang bahwa para perempuan punya keinginan dan kemampuan hati dalam melakukan jihad, meski itu menyengsarakan pihak lain.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline