Lihat ke Halaman Asli

Kinar Set

rajin dan setia

Jangan Mengingkari Kemajuan

Diperbarui: 9 Maret 2023   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sonora.id

Pada tahun 2014, dunia dikejutkan oleh pengumuman soal penerima Nobel Perdamaian. Tahun itu dinyatakan ada dua penerima yaitu Malala Yousafzai dan Kailash Satyarthi. Secara terpisah mereka berdua melawan dengan gigih penindasan anak-anak dan pemuda. Mereka juga berjuang untuk mendapatkan pendidikan bagi semua anak termasuk perempuan.

Dia yang seorang pasthun dan berkebangsaan  mendapat nobel itu saat umurnya 17 tahun. Sebelumnya dia menulis blog di kanal BBC soal betapa menderitanya mereka dibawah pemerintahan Taliban. Malala yang memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan di Lembah Swat  berasal dari keluarga intelektual dimana ayahnya mendorongnya untuk menjadi politisi sedangkan dirinya sendiri ingin menjadi dokter. Ayahnya yang merupakan penyair, memiliki Lembaga sekolah dan aktif di bidang pendidikan.

Malala yang tidak hanya kritis terhadap kelompok militan juga merupakan penggiat pendidikan.  Pada tanggal 9 Oktober 2012 ditembak di kepala dan leher oleh kelompok bersenjata Taliban saat di bus sekolah ketika hendak pulang. Akhrnya dia diterbangkan ke Inggris dan dirawat di RS Birmingham.

Malala adalah fenomena dunia. Mungkin di dunia ini banyak sekali Malala Malala lain yang tidak kita kenal. Malala adalah sosok yang mewakili tipikal perempuan yang melawan ketidaksesuaian zaman dan kenyataan. Taliban yang banyak mengekang perempuan untuk bersekolah padahal zaman menuntut semua pihak untuk maju dan tidak berhenti untuk mencari ilmu. Menghentikan langkah perempuan untuk maju sama saja dengan pengikaran kenyataan. Taliban terbukti mengikari kenyataan.

Pun sama dengan kita di Indonesia. Tidak ada yang bisa menghentikan wanita untuk maju untuk meraih cita-citanya setinggi apapun itu. Sehingga di Indonesia saat ini banyak sekali wanita yang bisa meraih gelar doctor di usia muda, bidang matematika, biologi, akutansi, sastra politik sampai hukum.  Diantara mereka ada yang berkarya di Indonesia maupun di luar negeri. Melalui jalur pemerintah maupun swasta.

Untuk perempuan yang tidak sampai mencapai pendidikan maksimal juga mendapat kesempatan yang baik dalam bidang pekerjaan, meski tidak di semua daerah. Kita bisa melihat mereka bisa bekerja di pom bensin, berdagang , bercocok tanam dan lain sebagainya. Mereka juga berjuang untuk kebaikan keluarga.

Sampai di titik ini, seharusnya kita bersyukur atas semangat pemerintah terhadap hak perempuan. Tidak seprti Taliban yang mengingkai keniscayaan kemajuan perempuan di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline