Lihat ke Halaman Asli

Kinar Set

rajin dan setia

Jangan Menginspirasi Kekerasan

Diperbarui: 8 Desember 2022   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mui pusat

Kemarin kita dikejutkan oleh bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria asal Solo Jawa Tengah. Bom bbunuh diri itu dilakukan di markas polsek Astana Anyar, saat para anggota polisi sedang melakukan apel pagi.

Setelah dilakukan pendalaman, diketahui bahwa pada motor yang dibawa oleh pelaku ada satu kertas yang ditempel dan bertuliskan : Hukum / KUHP adalah syirik / kafir. Dari hal ini setidaknya kitab isa mengambil kesimpulan motivasi yang membawa sang pelaku untuk melakukan itu semua.

Jika kita mengamati selama setidaknya tiga decade ini (2000 -- 2023), radikalisme atau kekerasan yang kental dengan motif agama setidaknya bergeser dari yang menyerang public non muslim (yang menurut mereka kafir) kepada pos polisi/ aparat keamanan dan kantor resmi lainnya. Mereka mengatakan bahwa aparat itu adalah thogut dan layak untuk untuk dibunuh.

Kita bisa melihat beberapa bom sebelumnya seperti bom bunuh diri Sarinah yang selain menyerang Starbuck, juga menyerang pos polisi. Selain itu ada bom rakitan yang gagal meledak di Sukoharjo, bom di Medan dan beberapa lagi.  Sehingga kita bisa menyimpulkan secara sederhana bahwa ada ada beberapa pihak yang memandang bahwa aparat dalam hal ini negara tidak sejalan dengan ajaran agama setidaknya itu faham yang mereka yakini. Sehingga bom-bom seperti di Bandung menjadi amat sering terjadi.

Hal yang lebih penting lagi adalah pembenaran terhadap peristiwa bom itu oleh beberapa tokoh agama. Saya tidak perlu menyebut di sini tapi sering sekali beberapa ulama membuat pernyataan bahkan fatwa yang terkesan membenarkan tindakan kekerasan itu.

Pernyataan ulama itu malah sering menjadi pemancing orang untuk membinasakan orang lain dan mereka sebar melalui kanal-kanal youtube milik mereka sehingga menjadi inspirasi bahkan "ditelan" oleh umat yang tidak terlalu paham soal agama. Dalam prosesnya, berbekal pembenaran kekerasan dari tokoh agama yang punya banyak pengikut itu, mereka belajar sendiri dari internet cara-cara merakit bom dan lain sebagainya.

Hal ini tentu saja tidak layak dalam agama karena sesungguhnya agama tidak mengajarkan kekerasan. Bahkan Islam tidak mengajarkan kekerasan seperti itu. Ayat-ayat dipenggal begitu saja dari konteks sehingga terkesan  negara (dan aparatnya) tidak sejalan dengan agama.

Jangan sampai dakwah menginspirasi orang melakukan pembenaran tindak kekerasan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline