Lihat ke Halaman Asli

Kinar Set

rajin dan setia

Maulid Nabi, Momentum Aktualisasi Semangat Perdamaian

Diperbarui: 19 November 2018   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tribunews.com

Memperingati  maulid (kelahiran) nabi Muhamad merupakan momentum pengungkapan rasa  hormat, syukur, kebahagiaan, dan mempelajari kembali bagaimana kehidupan  Rasulullah.  

Beliau adalah sosok yang patut menjadi teladan bagi umat,  terutama umat Islam, sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Ahzab ayat  21,"Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang  baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan  (kedatangan) hari kiamat dan banyak menyebut Allah." Sejalan dengan ayat  ini, semua umat Islam tentu berusaha meneladi perilaku Rasulullah SAW.   Namun  sejauh mana upaya ini sudah terwujud? Mari kita telaah kembali.

Nabi  Muhammad SAW merupakan nabi terakhir yang berperan luar biasa. Tidak  hanya dalam peran beliau sebagai nabi yang menyampaikan risalah agama,  namun juga sebagai pemimpin dari sebuah masyarakat dengan agama yang  beragam. 

Rasulullah telah berhasil membangun masyarakat Islam di Madinah  dalam waktu singkat, yakni 23 tahun sejak beliau menerima wahyu  pertama. Keberhasilan ini merupakan prestasi yang sangat gemilang karena  mampu membangun rasa saling percaya, solidaritas, dan semangat yang  tinggi untuk mencapai kemajuan. Bahkan perdamaian dengan masyarakat non  Islam-pun dapat terwujud melalui Piagam Madinah.

Demikian juga dengan  kita yang sekarang tinggal di Indonesia. Kita berada ditengah-tengah  masyarakat yang multikultural dan multi agama, bagaikan dua sisi mata  pisau, hal ini dapat menjadi jalan untuk mempermudah tercapainya  peradaban, namun juga berpotensi menyebabkan perpecahan. Menghadapi  realitas ini maka meneladani Rasulullah dapat menjadi jalan agar sisi  positif yang dapat terwujud. Kuncinya adapada nilai kesantuan,  perdamaian, dam persaudaraan yang beliau ajarkan.

Tidak heran jika  Mahatma Gandi pernah mengatakan, "Saya lebih dari yakin bahwa bukan  pedanglah yang memberikan kebesaran pada Islam pada masanya. Tapi ia  datang dari kesederhanaan, kebersahajaan, kehati-hatian Muhammad; serta  pemgabdian luar biasa kepada teman dan pengikutnya, tekadnya,  keberaniannya, serta keyakinannya pada Tuhan dan tugasnya."

Meneladani  nabi Muhammad tidak hanya berkaitan dengan ibadah mahdhah, tetapi dalam  masalah sosial, ekonomi, dan politik, kita tetap harus berpegang pada  teladan yang beliau ajarkan. 

Sekarang mari kita tengok bagaimana potret  kita dalam kehidupan berbangsa? Sudahkah kita bijak dalam menghadapi  segalam macam perbedaan? Sejarah telah menceritakan bahwa ketika  peristiwa Fathul Makkah, dimana awalnya orang non muslim mengira nabi  Muhammad akan balas dendam atas kepedihan yang diterima umat Islam  sebelumnya, namun ternyata sebaliknya, Rasulullah memaafkan dan  membebaskan penduduk Quraisy. Rasulullah memuliakan orang-orang yang  dahulu memusuhi, hingga akhirnya banyak tokoh Quraisy yang masuk kedalam  agama Islam.

Betapa indah jika dalam  kehidupan berbangsa kita saat ini mencontoh Rasulullah, tentu tidak akan  ada perpecahan antar golongan, peperangan antar agama, dan ironisnya  terkadang ada yang memanfaatkan agama sebagai sarana memuluskan  kepentingan pribadinya. Maka dari itu dalam peringatan maulid nabi ini,  agar tak hanya sebatas ceremony, maka alangkah baiknya kita jadikan ini  sebagai momentum membangkitkan kembali semangat persaudaraan yang  ditanamkan oleh rasulullah---mengikat kembali simpul tali kebhinekaan.

Selain  itu, perlu kita ingat kembali bahwa Islam datang untuk memberi rahmat  bagi seluruh alam. Salahsatu identitas Islam adalah ajaran salam;  Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Nilai-nilai salam ini sangat  penting di revitalisasi dan diaktualisasikan dalam kehidupan  sehari-hari karena setiap hari minimal lima kali muslim mengucapkan  salam ketika mengakhiri sholat. Artinya, menjadi muslim dituntut mampu  mengupayakan terwujudnya salam (perdamaian),  rahmat (kasihsayang), dan  barakah (nilai kebaikan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline