Lihat ke Halaman Asli

Kinar Set

rajin dan setia

Prabowo dan Insting Tokoh Bangsa

Diperbarui: 28 Maret 2018   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Namanya saja tahun politik, segala hal selalu dikaitkan dengan pemilihan Presiden, Gubernur, Bupati bahkan Kepala Desa. Di mana-mana bermunculan analisa politik terhadap sebuah kejadian, mulai dari yang awam hingga lembaga survei yang profesional. 

Menarik apa yang diumumkan lembaga survei Political Communication (Polcomm) Institute, yang merilis survei yang baru saja dilakukan terkait elektabilitas tokoh-tokoh yang berpotensi maju menjadi calon presiden pada 2019 mendatang.

Menurut survei tersebut, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dinilai tidak perlu lagi kembali maju pada pemilihan presiden yang akan datang. Menurut Direktur Eksekutif Polcomm Institute Heri Budianto, sebanyak 20 persen dari sekitar 1.200 responden ingin agar Prabowo tidak mencalonkan lagi. Angka tersebut menurut Heri, menyatakan bahwa Prabowo tidak perlu maju kembali sebagaimana ajang pilpres 2014.

Statemen Heri sungguh berkebalikan dengan komentar yang dikemukakan rekan separtai Prabowo. Seperti diungkapkan Fadli Zon yang merupakan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, yang menurutnya tak ada keraguan sedikitpun pada Prabowo untuk maju dalam pemilihan presiden tahun 2019.

Tak kurang Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, di tengah masalah Indonesia yang makin berat, Prabowo belum menentukan akan maju dalam perhelatan presiden mendatang. "Tapi percayalah, dukungan dari masyarakat Jakarta hari ini, dukungan dari ranting partai, dukungan dari Gerindra seluruh Indonesia akan meyakinkan beliau bahwa beliau tidak berjuang sendirian," tegas Muzani.

Sebagai orang dengan usia 47 tahun, saya ikut hidup dan menjadi saksi bersama jutaan rakyat Indonesia, ketika Harmoko sebagai menteri kepercayaan mantan presiden Suharto, bersama beberapa orang lainnya, giat sekali mendorong agar Suharto kembali mencalonkan diri dalam pemilu 1997. 

Alasan Harmoko dan kawan- kawannya bahwa kepemimpinan penguasa orde baru itu sangat diminati semua rakyat Indonesia. Padahal presiden Suharto saat itu mengisyaratkan akan lengser agar digantikan oleh anak bangsa lainnya. Apa yang terjadi, Harmoko dapat meyakinkan presiden untuk kembali memimpin Indonesia.

Hasilnya bisa dibaca di buku sejarah, tahun 1998 Suharto lengser setelah didahului demonstrasi besar-besaran yang menghasilkan tumpahnya darah rakyat sipil, termasuk di dalamnya para aktivis di kampus-kampus yang nyawanya hilang di tangan penarik pelatuk jitu. Sungguh ngeri dan miris bila mengingat kembali saat-saat peristiwa itu terjadi.

Berkaca pada peristiwa-peristiwa itu, ada baiknya orang-orang di sekitar Prabowo menghormati pilihan pemimpinnya untuk maju atau tidak maju kembali, setelah melihat situasi dan kondisi yang berkembang di tengah masyarakat. 

Siapa tahu, pilihan Prabowo untuk menarik diri dari kancah pilpres 2019 justru akan mendudukkannya di singgasana kehormatan bernama tokoh bangsa. Tokoh yang tahu diri dan bisa membaca situasi dengan jitu. Semoga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline