Lihat ke Halaman Asli

Peluang dan Tantangan Anak Muda Membangun Stabilitas Ekonomi Baru di Tengah Pandemi Covid-19

Diperbarui: 31 Agustus 2021   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Peningkatan jumlah kasus aktif Covid-19 di Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia memicu peningkatan tantangan yang harus dihadapi. Kesiapan infrastruktur, kesigapan penanganan baik pendidikan hingga fasilitas kesehatan setiap daerah yang dinilai belum mampu mengimbangi kompleksitas masalah. Berdasarkan data per 27 Agustus 2021 dari laman http://covid19.go.id terdapat 4.043.736 kasus terkonfirmasi positif dan 130.182 kasus meninggal. Di negara dengan penduduk yang banyak seperti Indonesia, manajemen pandemi menemui tantangan yang lebih berat.

 Upaya pemerintah menekan penularan virus Covid-19 dengan mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Kemudian, membatasi pergerakkan masyarakat dan menjauhi kerumunan menjadi pilihan pemerintah. 

Kebijakan tersebut telah berganti nama dan format beberapa kali, dimulai dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM Darurat hingga yang terbaru yaitu Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1 hingga 4 untuk wilayah Pulau Jawa dan Bali. Evaluasi menujukkan efektivitas kebijakan PPKM Level cukup mampu mengurangi penekanan angka kasus positif, namun penanganan di negara dengan penduduk banyak dan wilayah luas memiliki tantangan dan kompleksitas sendiri. 

Di bidang pendidikan terdapat ratusan ribu sekolah ditutup untuk mencegah penyebaran Covid-19, sekitar 68 juta siswa melakukan kegiatan belajar dari rumah, dan sekitar empat juta guru melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) karena tidak memungkinkan dilakukan secara normal. Kondisi ini memicu berbagai tantangan diantaranya kesulitan guru dalam mengelola PJJ, peserta didik mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar dari rumah, jaringan internet yang tidak merata, dan meningkatnya rasa jenuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kesehatan jiwa.

Di era kini, kita dituntut untuk hidup berdampingan dengan Covid-19 yaitu terbiasa dengan digital, seperti bekerja dari rumah yang memicu peningkatan penggunaan media sosial 40% dan aplikasi penunjang, seperti zoom 443%. Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2019, rumah tangga pengakses internet mencapai 74%.  Derasnya arus informasi yang mudah diakses menjadikan hoaks salah satu tantangan yang berpotensi untuk memperlambat proses penanggulangan Covid-19 di Indonesia. Pada tahun 2020 terdapat 352 hoaks dibanding dengan bulan Agustus tahun 2021 yaitu sebanyak 1819 hoaks terkait Covid-19, yang bila dihitung secara kasar telah terjadi peningkatan sebesar 417% dalam kurun waktu setahun.

Di sisi lain terdapat peluang luar biasa yang bisa dimanfaatkan generasi muda Indonesia di tengah pandemi ini. Manajemen aktif kemandirian anak muda untuk membangun stabilitas ekonomi baru dapat secara signifikan sebagai upaya untuk adaptasi di tengah Covid-19. Menurut hasil sensus penduduk 2020 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 70,72% dari total jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 270,20 juta atau mencapai 191.085.440 orang. 

Dari usia produktif tersebut Indonesia didominasi oleh anak muda rentang umur 19-40 sekitar 53,81%. Konsep ini atas dasar pemikiran untuk mengurangi masalah di tengah Covid-19. Berkembangnya teknologi dan pengelolaan baik yang diterapkan untuk generasi muda dapat memberikan efek positif pada bidang lain. Contohnya; adanya konten kreatif di platform youtube, kemudian pekerjaan yang dapat dimonitor dari rumah seperti mengiklankan produk, menjual produk dari rumah. Hal ini memberikan dampak positif karena dapat mengurangi biaya sewa, biaya rendah mobilitas, dan terciptanya efisiensi waktu. 

Sarana yang tepat untuk mendorong mereka menjadi generasi yang produktif, kreatif, serta melatih menjadi produser bukan hanya sekedar konsumer. Di masa depan, konsep ini melalui kegiatan produktifnya mampu menghasilkan peningkatan pendapatan dan tingkat pekerjaan, dan membantu anak muda terbebas dari ketergantungan finansial lapangan kerja. Ini dikarenakan mereka mampu mandiri menciptakan lapangan kerja untuk diri sendiri, sehingga menciptakan stabilitas ekonomi baru di tengah Covid-19.

Konsep untuk generasi muda memiliki tantangan untuk kedepannya. Tantangan pertama adalah pembiayaan pelaksanaan seperti pembiayaan internet dan fasilitator yang tidak murah. Tantangan kedua adalah memastikan setiap individu memiliki jaringan internet yang sama baiknya dan memiliki perlengkapan pelatihan. Tantangan selanjutnya adalah mengawasi konsistensi dalam pengembangan kemampuan tersebut. Walaupun tidak murah, apabila konsep sudah berjalan maka hasilnya adalah dapat menghemat anggaran dan mengurangi beban negara di masa depan karena telah tercipta stabilitas ekonomi baru.

Dukungan kerjasama pemerintah dan partai politik untuk mengadopsi konsep ini dengan cara mengkombinasikan empat dari sepuluh program unggulan yang dimiliki oleh Partai Demokrat di bawah kepemimpinan AHY dalam jangka pendek dan mudah, yaitu; Modernisasi Partai Demokrat Menuju "Smart Party", Meningkatkan Program-Program Pengabdian Masyarakat, Memenangkan Suara Generasi Muda, Membina dan Memperluas Jaringan konstituen. 

Contoh implementasinya yaitu; 1) Generasi muda ditampung dalam suatu wadah untuk menuangkan ide mereka selepas jam pelajaran atau di waktu yang senggang. Kemudian, diberikan alur pelatihan yang sejalan dan pengawasan berkala, agar nantinya ada kemampuan yang benar-benar mereka kuasai. Hasil karya tersebut dipublikasikan di media sosial yang bisa ditukar menjadi nilai mata uang, seperti platform youtube. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline