Lihat ke Halaman Asli

Lailatuscahyaningr

Mahasiswi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang

Mengalihwahanakan Cerpen Angin dari Gunung Karya A.A Navis ke dalam Naskah Drama

Diperbarui: 7 Februari 2019   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hari itu, Har dan Uni Nun sedang duduk di bawah pohon. Di hadapannya terpapar sebuah gunung menjulang tinggi. Dirasakannya tiupan angin oleh gunung itu. Berembus semilir, sejuk. Mengingatkan akan sebuah ceritanya di masa lampau.

(Hening)

Uni Nun : Har, kini kau pasti bahagia. (Menatap hampa pada langit)

Har : Maksudmu, Nun? (tertegun)

Uni Nun : Ya, sekarang kau sudah punya istri dan anak. Tentunya kau pasti bahagia.

Har : (terdiam)

Uni Nun : Aku sendiri masih bertanya. (sejenak menatap Har kemudian menatap langit). Kebahagiaan yang dimiliki setiap orang itu berbeda. Orang-orang di luar sana hanya tahu tawa-tiwinya saja. Namun di dalam hatinya adakah yang tahu cerita-cerita yang tenggelam dalam luka?

Har : (masih terdiam)

Uni Nun : Tak terasa sudah lima tahun. Ya, lima tahun menikah dan memiliki anak. (dengan tertawa masam). Dan kau cinta pada istrimu, tentu (menatap wajah Har).

Har : Ya, dan kini anakku sudah dua. (membuang tatapan Uni Nun)

Uni Nun : Dan kau sangat menyayangi mereka begitupun sebaliknya. Dan kau tentu bahagia. (mengalihkan tatapannya)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline