Lihat ke Halaman Asli

Dia Pahlawanku....!!!

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejuk embun diiringi angin menerpa wajah dingin seorang satpam penjaga restoran “pinka” ia berdiri pas didepan pintu utama. Mungkin dia dipekerjakan menjadi satpam karena beberapa alasan yang menurutku memang layak baginya, yang pertama badan yang besar dan tinggi menyerupaisalman khan pemain film india dalam filmnya bodyguard, wajahnya yang seram dan kejam menambah ke gagahanya serta senyum yang tak pernah tampak selama aku mengenalnya.

Ayah, sosok pria yang sedari tadi ku perhatikan gerak-geriknya. Kata orang ayahku salah satu preman yang sangat bengis di kampung, tapi menurutku ayah adalah sosok pahlawan yang telah berhasil mendidiku menjadi anak yang kuat, walaupun kadang sedikit kecewa ketika kemarahan beliau terlontarkan ke arahku.

“ ayah, tina pergi dulu, uangnya mana?” kataku kepadanya.” Di laci dekat lemari es, ambil sendiri ayah sibuk” jawab ayah dengan WTD ( wajah tanpa dosa) kata anak gaul. Maklumlah ayahku seorang duda sejak ibu melahirkanku. Aku fikir dia agak dingin karena tidak ada seorang wanita yang menemaninya.

Pisang goreng senantiasa menemaniku sekolah sejak aku duduk di bangku SMP, ayah yang mengajariku kemandirian, kedisiplinan dan kerajinan. Selain pisang goreng, tikar yang biasanya ku jual di pasar saat kamis pahingpun membantuku membayar biaya sekolah.

Semua cita-cita anak aku kira sama semuanya, ingin menjadi kebanggaan keluarga, banyak cara Tuhan mengabulkan doa hambanya untuk mewujudkan cita-cita, tapi sampai sekarang ini aku belum tahu kapan do’a-do’a yang tiap hari aku adukan kepada Tuhan dikabulkan. Beberapa dari teman-temanku sudah menemukan jalan mereka, hidup mereka sungguh indah keluarga sempurna, baik, dan pintar, banyak dari mereka yang berhasil membiayai hidup dan kuliah mereka dengan beasiswa yang didapatkan. Sedang aku makan untuk keseharianpun masih sulit, otak juga tidak begitu bagus, dan keluarga....

Tettttttttt.....

07.00 ( masuk kelas)

Seperti biasa semangat masih segar-segarnya, tak ku biarkan mata ini terkatup pada jam semangat ini. Jamke 2 sudah terlewati dengan sukses itu artinya kurang setengah jalan.

Istirahat kuhabiskan dengan menjual daganganku pisang goreng tepatnya. Andalanku ini tidak kalah interes dibandingkan dengan jajanan kantin alias laris manis. Hasil uang ini bukan untuk biaya sekolahku nanti pas kuliah tapi buat makan sehari-hari, kau kira hidup ini mudah apa?

Jam ke 3 aman tidak ada gangguan tapi setelah jam ke 4, syetan-syetan sudah pada diskusi untuk mengajakku terbang kedalam mimpi yang indah. Sial kalah terus aku sama ni begodol-begodol.

12.30 (di rumah)

assalamu’alikum , tina datang...

walaupun tidak ada yang menjawab tapi kebiasaanku bersalam tetap berjalan seperti biasanya. seperti biasa sepulang dari sekolah anak-anak kecil yang biasa menemani hari-hariku datang bersama iqro’ yang ditenteng ditanganya. belajar di sekolah sudah selesai tapi itu bukan akhir dari kegiatanku.

“ assalamu’alaikum, kakak kami datang” serentak suara anak-anak menyapaku

“wa’alaikumsalam.. ayo masuk dan baca do’a dulu”. sahutku kepada mereka.

sebagaimana yang telah diajarkan ayah, ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah, ya,,, walaupun aku tidak secerdas teman-temanku tapi setidaknya ilmu yang kudapatkan selama ini bisa kusalurkan kepada sesama. bukan gaji yang aku kejar saat mengajar ngaji, bagaimana aku bisa dapat gaji la wong yang mengaji dirumahku mempunyai nasib yang sama denganku bahkan adayang lebih dariku.

seuasai pembelajaran, jadwal selanjutnya sudah menunggu, membeli bahan untuk berdagang besok.

“ assalamualaikum,tina...” suara pahlawanku sudah terdengar dari balik pintu

“iya ayah ... “sahutku seraya membawa kopi hangat kesukaan ayah. bagaimana sekolahmu? apa ada masalah keuangan? seperti biasa sepulnag kerja ayah selalu menanyakan uang sekolah, tak pernah sekalipun aku ditanya lebih spesifik tentang diriku. “ baik-baik kok yah, tapi bagaimana denganku setelah lulus yah, satu minggu lagi tina ujian nasional setelah itu tina tidak tau apa yang mesti tina lakukan. “ owh, nanti ayah fikirkan kembali. ini ni yang paling tina benci ketika ditanya lebih serius malah ditinggal entah kemana.

# pengumuman kelulusan dan wisuda #

tidak ada yang spesial dihari ini, malah hari ini adalah hari yang menyebalkan, seperti biasa ayah yang membuatku kecewa, dihari yang mestinya ayah memberiku ucapan selamat malah tidak datang. entah kemana dia, aku tak tau. seperti biasa peringat satu disamber sama atun tetangga sebelah. sepertinya tidak ada lagi harapan yang mendukungku untuk melanjutkan kuliah.

wisudapun selesai, tidak ada lagi kegiatan yang menyita waktuku sampai siang hari kini kegalauanku datang. kemana aku harus pergi? sekarang aku berada dipersimpangan jalan? aku harus cepat untuk memilih tujuan hidup..!!!

kamis, 30 april 2013.

“ tok...tok...

“ selamat siang, mbak ini ada surat, tolong ditandatangani sebagai tanda bahwa surat sudah anda terima” // “ owh iya pak, surat apa ini pak? // owh saya kurang tau mbk, permisi mbk.// owh iya pak

surat???

ini kali pertama aku mendapat surat, seingatku, belum pernah aku melamar pekerjaan, apalagi daftar kuliah, jagan-jangan selama seminggu ini ayah tidak pulang gara-gara punya hutang pada orang. kenapa ayah tega kepadaku?. pertanyaan dan dugaan-dugaan mulai bermunculan dibenakku, sepertinya ini tidak akan terjawab sebelum aku membuka amplot dan mengetahui yang sebenarnya.

perlahan aku membuka tali yang mengikatnya, selanjutnya aku mencoba untuk membukanya dengan detak jantung yang lebih cepat dari biasanya, mataku seperti tak kuasa untuk melihat isinya.

.

.

.

.

Assalamu’alaikum

Terima kasih kepada saudara Putri Tina Agraini yang telah menyadarkan saya mengenai arti sebuah kehidupan yang sebenarnya.

sejujurnya saya adalah orang yang terkenal acuh tak acuh terhadap sesama tapi dengan melihat kehidupan dan hasil karya bapak anda yang dimuat dikoran denagn tema “ kenapa harus orang pintar yang dapat beasiswa?” kemaren membuat saya harus berubah total, saya yang sudah memiliki kehidupan yang layak, dan menjalani hidup seperti yang kamu cita-citakan (mendapatkan beasiswa) selama ini belum dapat bersyukur.

sebelumnya 7 hari yang lalu ayah anda datang menemui salah satu petugas agar menyampaikan isi surat yang sama persis dengan yang dimuat di koran mengenai kenapa yang mendapat beasiswa yang pintar? bagaimana dengn yang tidak dan bahkanyang sekaligus dari kalangan bawah? kepada presiden

sebelum sampai ke tangan presiden surat itu sudah ada ditangan saya melalui proses yang lama dan tidak mungkin saya jelaskan disisni, itu menyadarkan saya bagaimana pentinganya pendidikan itu.

saya wakil dari kementrin agama RI memberikan anda kesempatan untuk belajar di universitas indonesia , dan saya harap anda dapat menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Wassalamu’alaikum

ternyata dalam waktu seminggu ini ayah, yang selama ini seperti tidak mempedulikanku beliau malah lebih mengetahui maksud dan yang terbaik untuk, ayah terima kasih... pahlawanku

# justru kadang orang tua lebih tau yang terbaik buat kita #




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline