Lihat ke Halaman Asli

Atep Abdul Rohman

Santri dan Mahasiswa

Asyiknya Jadi Jurnalis

Diperbarui: 4 Agustus 2022   07:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalis LPM Dalwa Berita wawancara dengan Dirbinmas Polda Jatim baru, Kombes Pol Asep Irpan R, di Hotel Dalwa tahun lalu. (Foto: Dalwaberita.com)

Dari berbagai macam profesi, menjadi jurnalis merupakan salah satu yang menyenangkan, kok bisa? Ya, karena menjadi jurnalis tak hanya duduk di kantor. Jurnalis bisa jalan-jalan untuk mencari bahan sebuah berita. Jurnalis bisa terjun langsung ke lapangan untuk meninjau kejadian-kejadian yang nantinya akan diberitakan, dan publik bisa membaca hasil liputannya di media.

Saya ingin berbagi cerita soal keasyikan menjadi jurnalis di Lembaga Pers Mahasiswa di kampus. Walaupun masih ruang lingkup kampus dan pondok pesantren, tapi meliput berbagai acara dan menyuguhkan beritanya ke publik mempunyai kesan tersendiri. 

Orang yang tak pernah meliput acara, pasti tak akan tahu bagaimana asyiknya terjun langsung ke lapangan dan menembus narasumber untuk menggali informasi. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah pepatah bahwa orang yang belum merasakan suatu hal, maka ia tak akan tahu hal tersebut.

Kala itu, ketika masih menjadi mahasiswa baru, saya mencoba daftar sebagai orang yang suka menulis cerita ke Pemimpin Redaksi LPM Dalwa Berita yang dijabat oleh saudara Wildan Isma. Entah akan disuruh apa, yang jelas saya suka menulis. Walaupun tulisannya masih tak beraturan, yang jika orang membacanya malah akan tambah kebingungan, tapi mencoba daftar sebagai jurnalis Dalwa Berita bukan suatu masalah, kan?

Setelah mengikuti beberapa seleksi dan magang selama tiga bulan, saya diterima untuk menjadi kru Dalwa Berita. Waktu itu, saya mendapat tugas meliput acara Ngaji Jurnalistik di Dalwa Hotel Syariah pada tahun 2019. 

Sebagai orang biasa yang mendadak jadi jurnalis kampus, tentu bingung apa yang harus dilakukan setelah tiba di tempat acara. Walaupun sebenarnya sudah diadakan pelatihan terlebih dahulu, tapi tetap saja bingung saat praktek nyatanya di lapangan. 

Apalagi kebiasaan saya yang suka menulis cerita harian dengan gaya bahasa "alay", tentu tak sesuai dengan bahasa berita yang harus formal dan padat tanpa dibumbui apapun. 

Walhasil, tulisan jadi, dan saya merasa itu merupakan tulisan terbaik yang pernah saya tulis. Namun, setelah diterima Pemred, ternyata banyak yang salah. Hancur!

Akhirnya, saya berusaha lagi untuk membuat berita yang sesuai dengan kaidah jurnalistik setelah ditugaskan meliput di berbagai kegiatan. Biasanya, sekali meliput, Dalwa Berita mengirim satu jurnalis sebagai penulis berita dan satu fotografer sebagai pengambil gambar. 

Waktu liputan tergantung waktu kegiatan. Jika hanya meliput setengah waktu, khawatir ada momen menarik yang terlewatkan. Sebut saja acara Dalwa Bersholawat yang kerap kali dilaksanakan hingga larut malam, jurnalis tetap harus mengikuti rentetan acaranya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline