Lihat ke Halaman Asli

Atep Abdul Rohman

Santri dan Mahasiswa

Balasan Tak Disangka

Diperbarui: 1 Agustus 2022   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: freepik

Dikala panas menyengat, tak kala mentari melaksanakan tugasnya. Awan-awan menjauh seakan rela Bandung tak hujan lagi. Dua hari yang lalu, hujan mengguyur kota Bandung dengan penuh semangatnya. Gemuruh air yang berjatuhan disertai ledakan petir yang menakutkan tak membuatku gentar untuk latihan persiapan lomba presentasi OSIS, dan hasil latihan itu akan terlihat hari ini. Aku dan temanku Ali akan berunjuk gigi demi mengangkat nama sekolah.

                "Kemarin hujan, sekarang panas," ujarku dalam hati sambil menunggu giliran untuk presentasi di hadapan para juri.

Tak sadar, nama sekolahku sudah dipanggil dua kali. Mungkin akibat menunggu terlalu lama pikiranku terbang entah kemana. Tanpa ba-bi-bu, aku langsung persiapkan semuanya bersama dua orang temanku. Tema yang kami bawa adalah "Pentingnya Teknologi dalam Pendidikan". Walaupun masih banyak yang lebih menarik, tapi itulah kesepakatanku dengan teman yang lainnya.

                Waktu 15 menit telah berlalu, presentasiku pun berakhir. Bagaikan orator yang baru turun dari mimbar, tepuk tangan meriah mengiringi kami hingga duduk kembali ke tempat semula.

"Alhamdulillah, selesai juga nih. Hasan, kita Juara nggak yah kira-kira?" ucap Ali kepadaku dengan perasaan yang penuh harap.

"Kalau nggak juara, berarti usaha kita masih kurang. Lihat nanti aja," jawabku berusaha mengendalikan keadaan agar tidak timbul harapan berlebihan.

                Setelah lama waktu berjalan, semua peserta lomba pun telah selesai menunjukkan usahanya demi meraih gelar sang juara. Waktu senggang ini kami gunakan untuk mengisi perut yang telah lapar. Ketika kami berjalan menuju kantin, terlihat sosok wanita tua renta di pinggir lapangan. Hatiku terpanggil untuk mendatanginya.

"Nek, sedang apa di sini?" tanyaku dengan perasaan khawatir.

"Apa, Dek? Kamu di mana?" Ternyata nenek ini tidak bisa melihat, matanya tidak bisa melaksanakan fungsinya.

Betapa tersentuhnya hati ini melihat Nenek dengan kekurangannya diam di pinggir lapangan yang ramai namun tak ada satu orang pun yang sadar bahwa Nenek ini membutuhkan bantuan.  

"Sebenarnya Nenek tidak tahu ini di mana. Tadinya mau ke rumah cucu, tapi malah nyasar ke sini," ujar Nenek menjelaskan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline