Lihat ke Halaman Asli

Atunk F. Karyadi

Menulis yang manis dan mengedit yang pahit. Haaa

Dunia Animasi Indonesia Menuju Titik Terang

Diperbarui: 23 Juli 2016   12:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta diklat asesor kompetensi angkatan kelima di BDI Denpasar, Bali, 15-20 Juli 2016

DENPASAR -Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), memiliki skill saja tidak cukup. Para tenaga kerja Indonesia juga harus diakui melalui proses sertifikasi.

Demikian pula di bidang animasi. Idealnya, para animator dan pekerja animasi Indonesia memiliki kemampuan dan pengakuan sesuai standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI). Salah satunya, SKKNI yang disusun oleh Assosiasi Industri Animasi dan Kreatif Indonesia (Ainaki) dan difasilitasi Kementerian Komunikasi. Standar tersebut masuk kategori informasi dan komunikasi golongan kelompok produksi gambar gerak, video dan program televisi, perekaman suara, dan penerbitan musik dalam bidang pembuatan animasi.

Demi mewujudkan hal tersebut, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia mengadakan diklat asesor kompetensi angkatan kelima di BDI Denpasar, Bali, 15-20 Juli 2016.

Lokasi pelatihan di Balai Diklat Industri (BDI) Tohpati Denpasar Bali.

"Tujuan SKKNI ini adalah untuk mendukung LSP3 Ainaki, LSP1 BDI Pusdiklat Kemenperin, serta LSP sejenis lainnya," tutur Ketua Umum Ainaki Nasional sekaligus Direksi Castle Production Ardian Elkana.

Ainaki adalah asosiasi industri animasi yang beranggotakan sekira 60 studio Animasi dan lembaga pendidikan animasi. Dalam waktu dekat, Ainaki akan bekerja sama dengan Asosiasi Animasi Jepang dan menawarkan sertifikasi internasional, selain sertifikasi nasional.

Selama lima hari, para peserta diklat menjalani pendidikan intens yang diampu beberapa master asesor Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) seperti Yohanes Legimin, Sri Pratowati dan Made Arya Astina. Adapun materi yang diberikan berupa teori dan praktik dalam merencanakan dan mengorganisasi asesmen (MMA), mengembangkan perangkat asesmen (MPA) dan mengases asesmen kompetensi (MAK).

Peserta diklat dari berbagai instansi di Indonesia

Pelatihan ini diikuti 25 peserta dari berbagai instansi, di antaranya ARK Animasi Studio, Universitas Multimedia Nusantara, Universitas Pelita Harapan, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Surabaya, Universitas Negeri Padang, Politeknik Negeri Padang, HHK Animation, Manimonki Studio Surakarta, Castle Production, Bali Animasi Solusi Ekakarsa, An1mage dan Cybermedia College.

Kepala Studio Manimonki Amin Wibawa yang turut menjadi peserta menilai, saat ini, pekerja animasi Indonesia sudah sangat berkembang dari sisi skill dan pengetahuan. Tetapi dari sisi jumlah, pekerja animasi profesional belum bisa mencukupi untuk mengisi kebutuhan industri. Hal ini bisa kita ketahui dari seringnya rekrutmen terbuka beberapa studio animasi di Indonesia.

Ujian akhir, calon asesor mengases asesi

"Bahkan, ada rumah produksi animasi melakukan program pelatihan sendiri. Situasi ini sebenarnya menjadi peluang bagi generasi muda untuk terjun ke dunia animasi," ujar Amin.

Sementara itu, peserta lainnya, Michael Sega Gumelar, berharap, di masa mendatang, pekerja animasi Indonesia bisa membuat karya animasi dimulai dari industri komik, dengan membangun cerita dan ilustrasinya.

"Hal ini terjadi di Jepang, Amerika Serikat, Prancis, dan Belgia. Dengan begitu, para penonton film animasi sudah mengenal dan familiar dengan tokohnya, bukan baru kenal seperti di negeri kita," ujar Direktur An1mage tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline