Aku adalah seorang guru disebuah sekolah SMK negeri dikotaku, umurku baru memasuki 24 tahun, sudah satu tahun tamat kuliah, sifatku periang dan sedikit pecicilan, membuat sebagian temanku menyukai aku, tapi sebagian lagi ga suka, biasa dalam kehidupan dunia ini, ada pro dan kontra, bagiku ga masalah, aku yang selalu memandang positif setiap orang membuat aku mungkin kadang seperti orang tolol aja kalau dikatai -- katai, bukan aku ga paham maksud mereka tetapi aku takut salah menduga saja. Sekarang aku mulai nyaman berada disekolah tempatku bekerja, semenjak pindah ke unit yang baru ini aku sepertinya menemukan teman -- teman yang asyik dan yang mendukung ide -- ide yang kupunya untuk kemajuan siswa didik kami, jurusan yang kuampuh saat ini bukan jurusan yang kudalami masa kuliah, tetapi yang kuajarkan benar benar ilmu yang baru, yang membutuhkan aku banyak belajar. Kantor jurusanku tak sebesar kantorku yang lama, tapi disini aku diberikan kebebasan untuk berinovasi, kedekatanku mulai terjalin dengan guru -- guru senior yang sudah kuanggap sebagai bapak, ibu, kakak, mereka semua sangatlah hambel membuatku semakin betah berada disekolah.
Masalah pribadi tentang dunia asmaraku sangatlah tidak enak buat kuceritakan, karena saat ini aku masih singgel atau belum punya pasangan, jangan salah bukan karena aku takmau tetapi belum ada yang cocok... "hahaha, kata kata ini cukup menenangkan aku " sudah 2 bulan aku berada diunit ini, semua masih biasa saja, ada beberapa teman disini yang seumur denganku atau sedikit lebih tua, status sama -- sama singgel, artinya aku punya banyak kawan buat bercerita, dan ibu ibu seniornya juga sangat kepo tentang kehidupan pribadi kami, inilah yang membuatku semakin geli, ini mak -- mak kepo sekali
Dikantorku ini sedikit sekali laki -- lakinya kami mayoritas perempuan walau siswa dijurusan ini dominan laki -- laki, karena laki -- lakinya sedikit sebagai anak muda aku tak pernah memikirkan dapat teman dekat laki -- laki disini, aku harus melirik keluar, aku harus melupakan mantan dan harus mencari penggantinya mengingat usiaku yang semakin bertambah, perjananku bergulir tak terasa udah satu tahun berlalu
Kantor yang tadinya biasa aja sekarang mulai aneh, temanku satu satu nya laki -- laki bujangan diruang itu menggangu fikiranku akhir akhir ini, laki -- laki itu sebenarnya bukan menjadi target teman dekatku, orangnya pendiam dan cool sulit sekali membaca maunya apa, dan sangat jarang mengobrol dengan aku, yang tiba -- tiba sering berkomunikasi lewat wa, padahal disekolah orangnya biasa aja, dia lebih cendrung dekat dengan siswa perempuan yang cantik, kalau selama ini tak pernah kuhiraukan kok sekarang menjadi hal yang selalu kuperhatikan, ada apa denganku?
Kupandang kursi yang berada didepanku, sosok itu belum terlihat, biasanya dia yang selalu dating pagi, saat aku masuk dia sudah otak atik computer, kok pagi ini tak terlihat kemana dia? Melihatku melamun memandang kearah kursi kosong didepanku dikagetkan oleh teman yang baru sampai yang duduk disebelahku, "melihat apa buk mia?" Tanya bu Tia dan memandang kearah aku memandang," kamu ga lihat apa -- apa kan?" ucapnya pula dengan wajah khawatir, karna dia tau sekali tentang rasa penakut yang kumiliki, aku menoleh secara spontan dan tersenyum " ga ada apa- apa ko" jawabku mengalihkan pemandangan agar tak curiga kalau aku mencari sosok pak Beni, ia namanya beni sosok yang sok cool yang akhir akhir ii berubah ramah di wa ku
Melihatku, bu tia hanya diamsambil memandang kearahku dan memandang kearah kursi kosong itu, tanpa bicara dia mengusap bahuku dan berlalu keruang tempat pengambilan alat mengajar, karna dia masuk jam pertama, praktek ucapnya jadi permisi dan berlalu, aku lega karna tidak ada pembahasan tentang lamunanku.
Dua minggu ini aku selalu whatsup sama dia, kadang kala bicara yang tidak penting tapi terasa asyik, bahkan selama ini aku tipe perempuan yang suka basa basi sekarang semakin suka dengan basa basi, ada apa dengan aku? Hari ini perputaran waktu semakin lambat, usai mengajar aku buru -- buru masuk kantor berharap bersua pak beni tapi sampai dikantor meja itu masih kosong, taka da tas laptop yang biasa dia bawa, diam -- diam ku ambil hpku, kalau ada wa yang masuk keponselku ternyata tidak ada, kutelusuri kapan akhir wa nya aktih disana tertulis jam 3.00 pagi artinya itu adalah berakhirnya kami memberi informasi, aku mulai gelisah. Dalam kegelisahan itu aku melihat ketua jurusan masuk dan tiba tiba bertanya, " buk nia, kamu lihat pak Beni?" tanyanya jantungku berdetak kencang, seperti aku disambar petir maksud ibu kajur ini bertanya atau malah ngapain? Dengan gugup aku jawab "tidak bu," suaraku sedikit melemah agar getaran suaraku tak diketahui " kalau nanti dia dating suruh temui saya, dari tadi Hpnya ga aktif saya hubungi" kemudian buk kajur berlalu tanpa menoleh tanpa tahu detak jantungku yang debar semakin tak menentu. Bel pulangpun berbunyi, suasana riuh, mereka teman -- temanku hari ini cukup ceria, banyak cerita dan tawa, tapi dibalik ramenya suasana aku tetap merasa kosong, ini pertama kali aku tak melihat sosok pak beni, walau disekolah dia tak pernah menegur dan menyapaku tapi saat ku tak melihat dia disekolah, ada yang kosong dalam ruang hatiku, aku bingung tentang rasa yang tak nyaman ini. Hari ini adalah jumat berarti sabtu dan minggu kami libur sekolah. Saat pulang kutoleh wajahku yang hampa keruang kantor
Tiga hari berlalu, aku sama sekali tak menerima wa dari pak beni, dan kulihat Hp pak beni juga ga aktif tapi saat ku cek Hpnya pernah aktif dihari Sabtu jam 14.00 wib. Rasa penasaranku semakin menjadi -- jadi tapi mau menghubunginya gengsi, senin pagi kami upacara pelaksana upacara adalah siswaku, tapi selama ini yang selalu mendokumentasikan kegiatan pak beni tapi kali ini diambil alih oleh ibu tia atas instruksi bu kajur, aku mau bertanya pada buk tia tentang kenapa dia yang mendokumentasikan kegiatan kenapa bukan pak beni, tapi rasanya ga enak, akhirnya aku hanya diam, dalam hati selalu bertanya kemana sosok laki -- laki tengil yang dalam 2 minggu terakhir selalu mengganggu malamku, tiba -- tiba menghilang tanpa kabar, usai upacara kami kembali berkumpul diruang guru, bu kajur menginformasikan bahwa dalam minggu ini pak Benni ga bisa masuk karna ia pulang kampong karena ayahnya tiba -- tiba sakit, dia tidak bisa menghubungi karna sinyal didesanya sangat sulit, maka pak maman dan ibu tia berbagi untuk menghendel kelas yang pak Beni pegang
Hari berlalu sudah satu minggu pak beni tak masuk sekolah, kuperhatikan temanku satu kantor semua biasa aja, ibuk kajur yang biasa sok perhatian juga tidak ada pertanyaan tentang keberadaan pak beni, teman -- teman yang lain juga termasuk pak maman, padahal pak beni kan sangat dekat dengan pak maman, tapi tak ada satupun diantara mereka yang menanyakan kondisi pak beni saat ini, atau memang aku yang terlalu khawatir? Dalam lamunanku berjalan sambil menunduk hamper aja aku menabrak seseorang, " Bu, hati -- hati " ada suara yang menegurku, terdiam sejak kemudian kuangkat wajahku, aku melihat sosok itu, sosok yang beberapa hari kupertanyakan keberadaannya, hatiku berdetak sangat kencang " Pak Beni, Maaf " ucapku kaku, sambil tersenyum pak beni hanya geleng -- gelengkan kepala " Jalan hati -- hati ya bu " kemudian berlalu, aku terdiam memandang pak beni berlalu memasuki lab computer, dimana beliau selalu berkumpul dengan Tim IT yang memang disana banyak terdapat bapak -- bapak berbeda dengan ruangan kami yang hanya ada pak Maman, itupun sangat jarang berada dikantor, mungkin hal itu juga yang membuat pak Beni tak betah berada diruangan jurusan kami
Melihat sikap dingin pak beni, membuatku ragu, tentang rasa yang mulai tumbuh dihatiku, aku mencoba menekan gejolak yang ada, dalam hati aku berfikir, kalau dia memiliki rasa rindu seperti yang kurasa , masa dia udah sampai disini kok ga ngabari? Okelah kalau dikampungnya ga ada sinyal, masa disini juga ga kabari, pasti dia ada sinyalkan? Tanpa kusadari kupegang ponselku dan kuintip kalau ada pesan yang masuk, ternyata pesan semua berasal dari grup " Hm...." Kutarik nafas panjang dan akupun berlalu dari ruangan dan menuju kantin, menghilangkan semua kesal yang ada.
Perjalanan kekantin melewati ruang computer dan sudut mataku melihat pak beni didekati dua siswa chantik dan siswa itu juga siswa yang kuajar, aku selalu melihat pak beni sangat antusias bila bicara dengan dua orang gadis remaja tersebut, cahaya matanya, senyumnya menampakkan bahwa pak beni sangat bahagia disamping mereka, kupejamkan mataku, dalam hati aku berbisik" tak mungkin aku mencemburui siswaku sendiri, sadar mia, dari segi manapun kamu pasti menang bila bersaing dengan siswa , jangan bodoh dan jangan berfikir macam-macam" tak terasa aku telah berlalu jauh dari ruangan computer. Sesampainya dikantin tak ada satu makananpun yang membuatku selera makan, akhirnya aku hanya pesan minuman dan kembali kekantor jurusanku