Lihat ke Halaman Asli

Atthariq InsanTawakkal

Seorang Penulis

5 Kebiasaan Toxic dalam Hubungan

Diperbarui: 22 Januari 2022   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toxic Relationship (Foto : wecare.id)

Dalam suatu hubungan, menunjukkan rasa sayang kepada pasangan merupakan suatu keharusan. Namun terkadang beberapa pasangan cenderung menunjukkan rasa sayang yang terlalu berlebihan kepada pasangannya hingga ia selalu memaklumi semua kekurangan pasangannya. Hal inilah yang  merupakan akar dari permasalahan toxic relationship. 

Pasangan -- pasangan yang berada dalam suatu hubungan toxic cenderung tidak menyadari bahwa mereka berada dalam hubungan yang seperti itu. Mereka cenderung menormalisasi situasi yang sebenarnya tidak sehat dalam suatu hubungan. Tentu saja hal ini sangat tidak baik bagi suatu hubungan, karena dapat memperbesar risiko perpisahan dan pertengkaran.

  Seseorang yang berada dalam suatu hubungan yang toxic cenderung akan selalu menahan diri dan bersabar dalam menghadapi pasangannya yang memiliki sifat toxic.  Hal ini sangat tidak sehat dalam suatu hubungan karena salah satu dari mereka ada yang selalu merasa tertekan, namun mereka tidak mau mengungkapkannya dengan alasan takut menyakiti hati pasangannya. Berikut adalah enam kebiasaan toxic dalam suatu hubungan :

  • Relationship Scorecard

Scorecard yang dimaksud adalah dimana seseorang selalu mengungkit kesalahan -- kesalahan pasangannya di masa lalu yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang mereka hadapi saat ini dengan tujuan untuk menilai siapa yang paling buruk di antara mereka. Seseorang yang memiliki sifat toxic  jenis ini cenderung ingin membuat pasangannya merasa paling bersalah, sehingga permasalahan yang sedang terjadi malah tidak bisa diselesaikan dengan baik.

  • Hints and Passive Aggression

Untuk kalian yang sering memberikan kode ke pasangan, berhati -- hatilah. Karena hal ini bisa menimbulkan toxic relationship. Dibandingkan mengatakan apa yang sebenarnya kalian ingin rasakan dan inginkan ke pasangan, kalian lebih memilih untuk memakai kode ke pasangan. Sehingga membuat mereka mencoba menerka apa yang kalian inginkan dan tentunya kalian akan marah apabila pasangan kalian tidak bisa atau salah menebaknya. 

Ternyata, memakai kode untuk menyampaikan apa yang kalian inginkan ke pasangan merupakan salah satu ciri hubungan yang toxic. Menurut Mark, healthy relationship seharusnya membuat kalian nyaman untuk mengekspresikan diri kalian, baik itu marah, sedih, senang, bahkan rasa insecure kalian.

  • Relationship Hostage

Pemilihan kata -- kata juga dapat menjadi salah satu pemicu hubungan toxic. Seperti contohnya penyampaian kalimat "Kayaknya akhir -- akhir ini kamu agak cuek ya sama aku" akan berbeda rasanya dengan "Aku tuh gabisa ya sama orang cuek, dingin, gak peka kayak kamu!" Kalimat seperti ini tanpa disadari dapat memicu drama yang sebenarnya tidak perlu dalam suatu hubungan. Sehingga pada akhirnya kalian akan saling mempertanyakan komitmen hubungan kalian, padahal sebenarnya hal itu bisa dibicarakan secara baik -- baik. 

  • Blaming Your Partner For Your Own Emotions

Permasalahan bertubi -- tubi yang datang pada suatu hubungan dalam satu waktu pasti akan membuat mood masing -- masing menjadi hancur. Pada momen seperti ini tentunya kalian akan sangat membutuhkan perhatian lebih dari pasangan kalian. 

Berkeluh kesah dan meminta perhatian lebih pada pasangan merupakan hal yang wajar, namun akan menjadi toxic apabila menuntut pasangan untuk selalu meninggalkan aktivitasnya demi menghibur kalian.

  • Loving With Jealous

Kecemburuan terhadap pasangan merupakan hal yang wajar, namun akan berubah menjadi toxic apabila sampai ingin tau setiap aktivitas yang ia lakukan, melarangnya untuk berinteraksi dengan lawan jenis, dan hal -- hal lain yang dapat menjerumuskan kedalam hubungan toxic. Kecenderungan untuk mengontrol pasangan merupakan perwujudan dari insecurity dan unworthiness yang dapat memicu permasalahan yang tidak perlu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline