2018 Sungguh menjadi tahun kepemilikan El-Barca, mereka seperti bangkit dari keterpurukan musim lalu. Tim ini memang selalu dikenal dengan gaya comeback dari musim lalunya dan menjadi lebih baik setiap musim. Dalam dua musim terakhir Barca tampil baik tetapi belum memuaskan publik El-Barca, kendati pada muim 2015-2016 Barcelona kembali menambah pundi-pundi trofinya dengan meraih double winner CDR dan La-Liga tetapi rival mereka jauh lebih mencuri hati dari segi paradigma permainan dan merajai Eropa dengan kembali mengoleksi trofi UCL.
Sedangkan 2017 menjadi era kejayaan emas Madrid yang tidak langkah lagi bagi para pengamat dan pencinta bola. Uniknya setiap Barca merana dan gagal dalam setiap ajang di beberapa musim,Real justru berhasil meraih berbagai kemenangan dan membuat Barcelona masuk di era terpuruknya, sedangkan ketika Real Madrid mengalami penurunan dan sempat digadang-gadang akan bertemu dengan punahnya kejayaan klub, Zidane datang membantu Real yang 0 trofi di 2015 dan meraih trofi UCL 2 kali berturut-turut bersama klub yang dicintainya.
Rivalitas Barca dan Real itu tiada hentinya. Saat Real berjaya Barca akan membencinya begitu pula sebaliknya. Musim ini boleh dibilang sebagai musim dimana CampNou berjaya dan era keemasan Barcelona membuat kita teringat lagi di golden Blaugrana,keemasan klub katalan di tahun 2009 menjadi tim yang berhasil meraih 6 trofi dalam 1 musim. Tahun ini peluang Barca mengulangi kejadian itu seperti sudah masuk ketahap penyelesaian, El-Barca tinggal perlu merajai Eropa,mempertahankan La-Liga dan menundukkan Sevilla di final Copa Del Rey.
Sungguh langkah luar biasa dan membuat nama seorang Ernesto Valverde melambung, prestasi pelatih yang satu ini tidak diragukan lagi mengapa Barcelona memilihnya sebagai manajer untuk membantu klub katalan ini keluar dari zona kehancuran dan kepunahan kejayaan dengan membeli pemain sekelas dunia. Kendati Barca harus diakui melakukan seribu satu cara meskipun terpaksa meninggalkan ikon klub mereka dan cirikhas serta filosofi El-Barca yang berbeda dari klub lain yaitu membudidayakan pemain muda bersama La-Masia seperti yang dilakukan Fergie untuk membentuk Class 1992 dan Barca dalam jalan kesuksesan di 2009.
Tahun 2009 dan 2018 sedikit berbeda, karena di tahun 2009, Real Madrid yakni rival abadi Barca justru samaskali tidak bisa bersaing dengan Barcelona yang bagaikan monster pada saat itu, Real dicabik-cabik di publik Bernabeu dengan skor 6-2 dan dilumat 2-0 di CampNou, Real berakhir 0 trofi. Berbeda dengan sekarang kekuatan kedua klub boleh dibilang berimbang, dalam pertemuan terakhir mereka Barca mungkin bisa membuat Bernabeu menjadi tempat latihan mereka namun berbeda pada saat memperebutkan Piala Super Spanyol dimana Valverde dan Barca diajarkan mengapa Real wajib dan layak disebut klub terbaik seabat dan raja Eropa.
Leg pertama berakhir 3-1 dan leg kedua 2-0. Tampaknya saviour Barca yakni Paulinho yang awalnya dicemooh dan ditertawakan karena Barca mau membeli pemain yang berasal dari Guangzhou klub China dan tampaknya Barcelona sangat mempercayai gelandang tipe petarung yang umurnya sudah mau berkepala tiga tampa mengambil pemain akademi atau fokus ke target utama mereka yakni Marco Veratti yang sudah selangkah lagi dibawa ke Barca namun justru Neymar yang dibawa lari, padahal bintang muda sendiri ini yang meminta Barca memboyong Paulinho namun sebelum dia tiba di Barca, Neymar sudah berseragam PSG.
Membangun sebuah tim memang bukan sebuah pekerjaan mudah mengingat Sir Alex Ferguson harus blusukan kemana-mana untuk mencipatakan Manchester United tergila yang membuat kita rindu dimasa itu bukan seperti saat ini, dia harus berkeliling demi menemukan pemain seperti Beckham,Rooney,Nistelroy,Scholes,Giggs dan Ronaldo. Barcelona tidak begitu banyak melakukan penyaringan pemain,kualitas La-Masia mungkin tak sebagus dulu disitulah manajemen Barca mulai serius dalam mencari pengganti Neymar karena gagalnya produk dalam klub mereka sendiri gagal menemukan komposisi cocok bagi Suarez dan Messi.
Dengan squad seadanya mereka justru merajai La-Liga, Sepakbola selalu membuat kita terheran-heran. Dembele sempat menunjukkan bakatnya meski dijuluki pembelian terburu-buru versi Barca,dia justru mampu memberikan assist manja yang mengobrak-abrik rt dan rw gawang lawan dengan diwarnai kemenangan Derbi melawan Espanyol. Menggantikan Deulefeo,Dembele menunjukkan cirikhas sprint ke barisan jantung barikada lawan, dan juga mampu memberi beberapa ancaman kegawang Buffon. Pemain 20 tahun ini memiliki talenta namun perbedaan Dortmund dan Barca tentu berbeda, Dortmund juga merupakan salah satu klub yang luarbiasa di kancah eropa dan selalu menjadi kuda hitam, dengan duonya dengan Aubameyang, tipe pemain beda dengan Messi serta Suarez membuat Dembele harus menyesuaikan diri.
105 M, kini Dembele pada laga melawan Chelsea dapat merobek gawang Courtouis dan membuat pendukung Barca dan ribuan rakyat Barcelona1 bersorak-sorak merayakan gol pertamanya bagi Barcelona dengan sensasi menujukkan kekuatan tendangannya dengan bantuan umpan membelah lautan dari Messi dengan serangan balik mampu membuat Dembele tidak terkawal dan dengan tendangan super jebret mampu menembus Courtouis dan dua bek yang mencoba menjaga gawang The Blues.
Kembalinya Dembele dari cedera menunjukkan bahwa dia adalah pemain yang dibutuhkan Barca karena usianya masih mudah, tetapi keunbtungan dari membeli Dembele mungkin karena dia masih berusia mudah dan bisa menjadi ikon Barca dimasa depan, tetapi tetap saja langkah yang sangat beresiko bagi manajemen dimana Dortmund juga sebenarnya menyadari kualitas Dembele dan mencoba menyegelnya tetapi dengan tawaran 105 membuat jalan impian Dembel main di Barca meski mubazir sebenarnya Dembele adalah apa yang dimiliki El-Barca meski sebenarnya banyak yang di La-Masia seperti apa yang dilakukan Zidane kepada Asensio.
Barcelona kini memimpin klasemen Liga Spanyol dengan total perolehan 72 poin tanpa kekalahan meninggalkan saingannya Real di peringkat 3 dengan 57 poin. Barcelona berpeluang lagi-lagi mencetak rekor selain ikonik dalam sixtuple peluang mengikuti jejak Arsene Wenger dan glori Arsenal pada tahunn 2004 yang mampu keluar sebagai jawara BPL tanpa menelan kekalahan padahal Liga Inggris dikenal sebagai persaingan keras dengan 5 tim yang selalu masuk 5 besar. Barca hanya perlu menjaga kestabilan dan tidak terpeleset melawan medioker maupun unggulan.