Lihat ke Halaman Asli

UM Bandung Perluas Wawasan Mahasiswa Mengenai Industri Baja

Diperbarui: 9 Desember 2024   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama PT BPS dan mahasiswa UM Bandung usai kegiatan (Sumber: Firman/UM Bandung).

Bandung - Sekretaris Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Achmad Miftah Faridl mengapresiasi kehadiran PT Baja Perkasa Sentosa (BPS) dalam acara Campus Tour 2024 yang digelar pada Rabu (04/12/2024). Acara ini bertujuan memperluas wawasan mahasiswa Teknik Industri terkait industri baja di Indonesia.

Achmad menyebut kegiatan ini memberikan manfaat besar, mulai dari pemahaman kebutuhan material, proses bisnis, hingga tantangan yang dihadapi industri baja. "Respons positif juga terlihat dalam kerja sama pasca kegiatan, seperti peluang magang, objek penelitian, hingga kunjungan industri yang difasilitasi PT BPS," ungkap Achmad.

Mengusung tema "Steel Manufacturing Industry, Reinforcement Bar Production, and Circular Economy Practices for Sustainable Future", kegiatan ini memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi peluang karier, memahami inovasi terkini, dan mendalami proses manufaktur baja.

Dalam sesi utama, Brand Representative PT BPS, Fakhry Shafly, mengungkapkan bahwa baja telah digunakan sebanyak 1.756 juta ton untuk berbagai kebutuhan, dengan sektor konstruksi menyerap lebih dari 50 persen total produksi. "Baja memiliki peran penting, khususnya sebagai material utama di sektor konstruksi," jelas Fakhry.

Ia menjelaskan bahwa baja tulangan, yang terbagi menjadi dua jenis yakni baja polos dan baja ulir, menjadi elemen konstruksi paling umum. "Baja ulir biasanya berfungsi sebagai kerangka utama, sedangkan baja polos digunakan sebagai elemen pendukung," tambah Fakhry.

Fakhry juga menyoroti konsep ekonomi sirkular sebagai pendekatan penting dalam industri baja. Pendekatan ini, kata Fakhry, tidak hanya fokus pada hasil akhir berupa produk, tetapi juga pada efisiensi proses produksi dan pengelolaan limbah. "Ekonomi sirkular memungkinkan industri baja menghasilkan produk berkualitas dengan mengurangi dampak lingkungan," ujar Fakhry.

Dalam praktiknya, prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle) diterapkan untuk mendukung keberlanjutan. "Di PT BPS, limbah baja atau scrap kami olah kembali menjadi produk baja berkualitas," pungkas Fakhry.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline