Lihat ke Halaman Asli

Pesan Sejarawan UM Bandung, Spirit Kepahlawanan Muhammadiyah Harus Terus Dihidupkan

Diperbarui: 12 November 2024   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi UM Bandung.

Bandung - Spirit kepahlawanan dalam sejarah Muhammadiyah kembali menjadi sorotan penting dalam acara Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat yang diadakan pada Minggu (10/11/2024). 

Dalam kesempatan tersebut, Sopaat Rahmat Selamet, dosen dan sejarawan Universitas Muhammadiyah Bandung, menekankan pentingnya melestarikan semangat kepahlawanan yang telah diwariskan oleh para tokoh Muhammadiyah.

Sopaat, yang juga sedang menempuh program doktoral di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, menjelaskan bahwa makna kepahlawanan tidak hanya terbatas pada perjuangan fisik melawan penjajahan, seperti yang diatur dalam UU negara. 

Menurutnya, kepahlawanan lebih luas dari itu, yakni tercermin dalam semangat pengorbanan untuk kebaikan bersama, serta kontribusi nyata bagi masyarakat, bangsa, dan agama.

"Di antara 23 pahlawan nasional berasal dari kader Muhammadiyah, ada tiga tokoh yang paling lekat dengan masyarakat Jawa Barat, yaitu Gatot Mangkupradja, Otto Iskandardinata, dan Djuanda Kartawidjaya. Mereka dikenal atas keberanian dan dedikasi dalam memperjuangkan kemerdekaan serta pengabdiannya untuk membangun negeri," ujar Sopaat dalam paparan tersebut.

Sopaat juga menyoroti perspektif Islam terkait kepahlawanan. Menurutnya, dalam Islam, pahlawan adalah mereka yang memperjuangkan kebenaran dan nilai-nilai luhur Islam. 

"Jihad tidak hanya berbentuk pertempuran fisik, tetapi juga jihad besar dalam pengendalian diri dan nafsu. Setiap amal positif yang memberi manfaat bagi kehidupan orang lain adalah bentuk kepahlawanan sejati," tegasnya.

Lebih lanjut, sejarawan ini mengajak seluruh warga Muhammadiyah untuk terus memperbarui semangat perjuangan agar tetap relevan dengan tantangan zaman. Ia juga menekankan pentingnya menghargai jasa para pendahulu, dengan cara menjaga silaturahmi dengan keluarga mereka, terutama pada momen-momen penting seperti Milad Muhammadiyah atau Idul Fitri.

"Selain itu, kita bisa memberikan apresiasi atau reward kepada para 'pahlawan' Muhammadiyah yang tidak tampak di media, seperti kiai, ustaz, atau aktivis yang telah berkontribusi bagi kemajuan masyarakat di tingkat ranting dan cabang Muhammadiyah," tambah Sopaat.

Di akhir pemaparannya, Sopaat menegaskan bahwa spirit kepahlawanan yang telah dihidupi oleh generasi terdahulu Muhammadiyah merupakan warisan yang sangat berharga. Oleh karena itu, semangat tersebut harus terus dijaga dan dihidupkan melalui amal nyata demi kebaikan umat dan bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline