Lihat ke Halaman Asli

Buya Cecep: Ukirlah Takdirmu Sendiri dengan Iktikad dan Usaha

Diperbarui: 2 Oktober 2024   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi UM Bandung.

Bandung - Wakil Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) UM Bandung Cecep Taufikurrohman yang akrab disapa Buya Cecep mengajak mahasiswa baru memahami konsep takdir dari sudut pandang ahlussunnah. Menurutnya, dalam Islam, takdir bukanlah sekadar menerima kelemahan atau menyalahkan keadaan yang telah ditetapkan, melainkan lebih kompleks. 

Ia menjelaskan dua pandangan yang sering dihadapi manusia dalam menjalani kehidupan: jabariyyah dan qadariyyah. Pandangan jabariyyah mengibaratkan manusia seperti kapas yang ditiup angin, tanpa kendali atas nasibnya. Di sisi lain, pandangan qadariyyah mengajarkan bahwa manusia memiliki kekuatan dan kehendak untuk menentukan nasibnya sendiri. 

"Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mereka sendiri yang berusaha mengubahnya," kata Buya Cecep dalam acara Stadium Generale FAI UM Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Gedung UM Bandung, Senin (30/09/2024).

Sebagai Wakil Dekan FAI UM Bandung sekaligus Direktur Pendidikan Ulama dan Ustaz Pesantren Muhammadiyah (PUPM), Buya Cecep mendorong mahasiswa memanfaatkan masa perkuliahan sebagai peluang untuk berjuang dan meraih kesuksesan. "Jika kita bersungguh-sungguh, tidak ada yang mustahil," ujarnya.

Selain itu, Buya Cecep menekankan pentingnya merancang kehidupan dengan tujuan yang jelas. Menurutnya, hidup yang tidak memiliki arah akan mudah terombang-ambing seperti air yang mengalir tanpa tujuan. Ia mengajak mahasiswa untuk belajar kesabaran dari air, namun tetap mengingat bahwa inovasi dan kreativitas harus berasal dari diri sendiri. "Jangan biarkan hidup hanya mengalir begitu saja," tegasnya.

Intelektual lulusan Universitas Al-Azhar Mesir ini juga memperingatkan mahasiswa agar tidak menjadi "generasi stroberi", generasi yang mudah rapuh dan terbawa arus tren tanpa arah. Ia mendorong mereka untuk merancang tujuan hidup yang jelas dan tidak terbawa oleh pengaruh luar.

Untuk menggambarkan pentingnya usaha dan kreativitas, Buya Cecep menggunakan analogi biji tanaman yang sehat, yang selalu mencari tempat lebih tinggi untuk tumbuh. Begitu pula manusia, melalui usaha dan kreativitas, dapat terus berkembang dan mencapai hal-hal yang lebih baik. Ia juga mengutip dua tokoh besar, Muhammad Iqbal, filsuf terkenal, dan Hamka, ulama serta sastrawan Indonesia yang menulis tafsir Al-Quran 30 juz di penjara, sebagai contoh dari perjuangan dan keyakinan kuat dalam mengukir takdir.

"Oleh karena itu, ukirlah takdirmu sendiri dengan tangan, iktikad, dan cita-citamu," pesan Buya Cecep. Ia menekankan bahwa pendidikan di FAI UM Bandung merupakan sarana penting untuk membentuk masa depan yang lebih baik. Acara ditutup dengan pesan bahwa setiap individu memiliki kendali atas masa depannya. Kesempatan belajar di UM Bandung adalah momen berharga yang harus dimanfaatkan untuk mulai mengukir masa depan yang lebih cerah.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline