Bandung - Yusrinda Silvianis Diwanti MPsi Psikolog, dosen program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung, menegaskan bahwa ayah memegang peranan krusial dalam menghadapi tantangan perkembangan remaja. Ia menjelaskan bahwa masa remaja merupakan fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, di mana terjadi banyak perubahan fisik, kognitif, dan emosional.
"Peran ayah sangat diperlukan dalam mendampingi remaja selama masa-masa penting ini. Perubahan fisik, seperti pubertas dan pertumbuhan cepat, kerap kali menjadi sumber stres bagi remaja, membuat mereka merasa terbebani oleh tekanan sosial terkait perubahan fisiknya," ujar Yusrinda saat mengisi acara Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat pada Jumat (27/09/2024).
"Remaja mengalami lonjakan hormonal yang berdampak pada perkembangan tubuh dan organ seksual. Selain itu, perbedaan waktu pubertas antar remaja juga dapat menimbulkan tekanan psikologis," lanjut Yusrinda.
Selain perubahan fisik, Yusrinda menyoroti bahwa remaja juga mengalami perkembangan kognitif yang signifikan. Mereka mulai mampu berpikir lebih logis, merencanakan tindakan, dan mengendalikan dorongan. Namun, perilaku berisiko sering kali muncul pada tahap ini. "Perkembangan otak memungkinkan remaja untuk berpikir lebih kompleks, tetapi juga membuat mereka cenderung mengambil risiko tanpa pertimbangan matang," ujar alumni Universitas Padjadjaran tersebut.
Yusrinda juga menekankan pentingnya peran ayah dalam membangun kepercayaan diri remaja, yang sering kali terlupakan. Dukungan emosional dari ayah dapat membantu remaja mengenali dan mengelola emosinya. "Remaja sedang belajar mengekspresikan perasaan mereka, menjadi lebih peka terhadap emosi orang lain, dan mencari jati diri. Di sinilah peran ayah sebagai pendukung utama sangat diperlukan," tambahnya.
Peran ayah dalam perkembangan sosial remaja juga sangat penting. Pada tahap ini, remaja mulai mencari identitas diri dan mengembangkan kemandirian. Yusrinda menjelaskan bahwa remaja menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-temannya dibandingkan orang tua.
Oleh sebab itu, kata Yusrinda, ayah harus mampu menyeimbangkan antara memberi kebebasan dan tetap memberikan arahan. Ayah yang aktif dalam kehidupan remaja akan membangun hubungan yang positif sehingga remaja merasa dibimbing tanpa terkekang.
"Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara ayah dan anak memiliki dampak positif pada perkembangan akademik dan perilaku anak. Anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayah cenderung memiliki masalah perilaku lebih sedikit dan menunjukkan prestasi akademik yang lebih baik," ucap Yusrinda.
Ayah yang terlibat dapat menjadi figur yang kuat bagi anak, terutama anak laki-laki, kata Yusrinda, yang lebih rentan terhadap kecemasan dan masalah emosional jika kehilangan figur ayah.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa anak perempuan yang kekurangan figur ayah berisiko mengalami rendahnya harga diri. Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung mengalami kesulitan dalam mengatur emosi dan kontrol diri. "Peran ayah dalam memberikan dukungan emosional dan pengawasan yang tepat sangat penting untuk membentuk karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan," tegasnya.