Mata itu membelalak tajam,
Diambilnya sebilah pisau dari dalam luka yang tengah menganga,
Dia lalu sibuk berkomat kamit membaca mantra,
Lalu menarik ulur sehelai rambut 'tuk membalut luka,
Mereka yang di sana menyebutnya gila,
Sementara aku yang kerap menyaksikannya justru bertepuk ria,
Entah mantra apa yang tengah dirapalkan oleh perempuan tua itu,
Hingga akupun ikut menggila dalam lantunan mantra dan ilusi dukanya.