Lihat ke Halaman Asli

Mulut Sang Maharaja

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Maharaja negri Antah-berantah menaiki pesawat yang baru saja dibelinya dari sebuah negri. Tersenyum kiri-kanan kepada para menteri dan panglima seraya mengelus kumisnya yang lebat. Sementara tangan yang lain memegangi ujung jubahnya yang melambai menyapu lantai bandara.

Tiba-tiba hadirin heboh. Sebuah pesawat mainan yangdilempar seorang bocah menyerempet kopiah baginda dan melemparkannya entah kemana. Sementara si bocah tertawa dengan mulutnya yang ompong, sang ayah yang pucat pasi diseret seregu prajurit dan –konon- tak pernah kembali.

Orang ramai bertanya-tanya, emang baginda mau kemana, kok tumben amat. Biasanya sih pesta pora saja di istana. Kabar burung mengatakan baginda hanya mau mencoba pesawat baru, mau keliling-keliling kota saja duapuluh menit. Lagian, baginda kan takut terbang, jadi sebentar saja. Yang penting dunia tahu bahwa Kemaharajaan Antah-berantah punya pesawat baru yang super canggih meski hanya buat disimpan di hanggar.

Bagai garuda perkasa, pesawat maharaja melambung ke udara dengan anggun. Lalu meliuk-liuk mempertontonkan kebolehannya melakukan manuver di udara yang disambut tepuk tangan meriah para penontondi darat. Baginda tersenyum dengan pongahnya melihat dari layar televisi betapa rakyat menyambut joy-flightnyadengan gegap gempita. Sementara disudut yang tak tertangkap kamera, seorang prajurit sibuk menempeleng beberapa kawula yang tak pandai bertepuk tangan buat pura-pura bahagia.

Sebelas menit berlalu, pesawat lenyap di balik ufuk. Tiba-tiba menara heboh, mereka kehilangan kontak dengan pesawat Sang Maharaja. Panglima langsung memerintahkan siaga satu. Lima batalion tempurdisiagakan dengan kekuatan maksimal. Rumor beredar, diduga ada sabotase buat mencelakakan baginda.

Setelah dua hari dua malam reruntuk pesawat berhasil ditemukan. Semua penumpang serta awak dinyatakan meninggal kecuali satu. Sang Maharaja tetap selamat meski dengan luka bakar di sekujur tubuh. Seluruh kulit dari ujung kaki sampai ujung kepala luluh-lantak.

Seminggu lamanya baginda dalam keadaan tak sadarkan diri. Ketika kemudian baginda sadar, pertama yang dia minta adalah cermin. Ditatapnya wajahnya yang porak-poranda. Mata yang melotot karena pelupuknya lenyap, kulit yang terbakar habis dan menampakkan daging panggang yangmenjijikkan, mulut yang menganga karena bibir lenyap entah kemana. Baginda membanting cermin lalu berteriak parau: “selamatkan mukaku!”.

Kamar operasi cepat disiapkan. Lengkap dengan tim dokter ahli bedah plastik kosmetik nomer satu. Muka baginda harus kembali utuh atau mereka bakal dibuang ke ujung dunia. Kulit tubuh dapat ditutup dengan baju dan jubah, rambut bisa diganti rambut palsu, dengan sarung tangan dan sepatu lengkap sudahlah rencana penampilan baginda.

Beruntung masih ada sepetak kulit yang tidak ikut terbakar. Kulit di seputaran pantat baginda masih utuh. Mungkin karena baginda banyak duduk dibelakang meja sehingga pantatnya tebal dan tahan panas. Dokter bedah berhasil memanfaatkan kulit itu untuk merekonstruksi wajah, pipi, jidat, leher dengan sempurna.

Waktuhampir habis. Operasi harus segera diakhiri sementara tim dokter kebingungan karena kulit pantat habis sementara mulut baginda masih menganga. Di saat genting ketua timmengambil keputusan cepat. Dipotongnya kulit dubur baginda, lalu ditempelkannya pada tempat dimana bibir biasa berada.

Pagi cerah. Di beranda istana belasan kamera televisi menyorot mimbar. Pada hari itu Sri Baginda Maharaja Antah-berantah akan unjuk gigi dan unjuk muka. Dunia harus tahu bahwa baginda selamat dan sehat wal afiat dari bencana serta siap kembali memimpin dunia.

Dari balik pintu baginda keluar dengan anggun. Disambut tepuk riuh para menteri dan panglima. Baginda naik ke mimbar dengan dada membusung, tengok kanan, angguk kiri lalu tersenyum dengan pongahnya.

Dunia sunyi-senyap. Semua tegang menunggu apa yang akan diucapkan Baginda Maharaja setelah sebulan lamanya menutup mulut selama perawatan dokter kerajaan. Semua mata melotot, memandang takjub baginda yang mulai membuka mulut.

Berapi-api bagindaberpidato. Peluh berleleran di sekujur tubuh dan wajahnya, sementara jutaan rakyat yang menonton televisi hanya mendengar bunyianeh, kadang preeetttt, kadang prooottt, kadang bruuttttt. Ah, barangkali ada gangguan teknis siaran, pikir mereka

Rakyat tak tahu apa yang terjadi. Mereka hanya menyaksikan para pejabatyang berdiri di belakang mimbar terbengong-bengong, toleh kiri toleh kanan, lalu saling memandang, kemudian serempak merogoh kantong mengambil sapu tangan,dan cepat-cepatmenutupkannyake hidung mereka, rapat-rapat.

Mas Fauzi, Juni 2012.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline