REVIEW BUKU AT-TAT}BI>Q AS}-S}ARFI>Y
MORFOLOGI BAHASA ARAB
Ditulis oleh Ad-Duktu>r ‘Abduh Ar-Ra>jah}i>
Diterbitkan oleh Maktabatul-Ma‘a>rif Lin-na>sir wat-tauzi>‘
tahun 1999
Buku ini terdiri dari 180 halaman plus daftar isi.
Para ahli bahasa Arab sepakat bahwa ilmu sharaf adalah ilmu yang berfungsi untuk mengetahui cara pola pembentukan kata dalam bahasa Arab. Pembentukan kata dalam sharaf terlepas dari unsur i’rab dan bina>’. Para ahli bahasa Arab juga menyepakati akan korelasi sharaf yang sangat kuat dengan “kata” dan unsur-unsur terkecil di bawahnya. Lalu dimanakah letak sharaf dalam tataran hierarki ilmu bahasa Arab. Dalam buku At-Tat}bi>q As}-s}arfiy dijelaskan mengenai hierarki ilmu kebahasaan dalam bahasa Arab sebagai berikut:
1.Ilmu-as}wa>t al-arabiyyah adalah ilmu yang mempelajari unsur dasar dalam sebuah bahasa yaitu bunyi. Selain itu dalam ilmu ini juga dijelaskan mengenai hubungan antara bunyi dengan satuan kebahasaan yang lain.
2.Ilmu-sharaf adalah ilmu yang membahas tentang “kata” dalam bahasa Arab
3.Ilmu-nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang “kalimat” dalam bahasa Arab.
Dari susunan tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu sharaf tidak akan pernah lepas dari unsur kebahasaan paling fundamental dalam sebuah bahasa, yaitu: bunyi, khususnya dalam sebuah konsep pembahasan mengenai i’lal dan ibda>l. Ditegaskan lebih lanjut dalam buku tersebut bahwa, pembelajar bahasa Arab untuk dapat memahami ilmu nahwu, yaitu pembahasan kalimat dalam bahasa Arab, harus melewati ilmu sharaf terlebih dahulu sebagai sebuah langkah awal untuk menuju pembahasan kalimat dalam bahasa Arab. Pemahaman yang komprehensif mengenai nahwu tidak akan didapatkan sebelum memahami sharaf. Oleh sebab itulah terminologi “grammar” dalam bahasa selalu mencakup dua ilmu tersebut, yaitu sharaf (morphology) dan niz}am (syntax/ nahwu).
Masih sekitar urgensi sharaf, Ar-Ra>jah}i> dalam bukunya menjelaskan lebih lanjut dengan contoh kalimat berikut:
زَيدٌ قارئ كتاباً
Zaidun qa>ri’u kita>ban
Tanpa pemahaman yang menyeluruh mengenai ilmu sharaf, maka kita tidak akan dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada kata “kita>ban” dalam kalimat tersebut. Kata tersebut berasal dari kata “kita>bun”. Lalu mengapa bisa terjadi perubahan vokal dibelakang kata tersebut menjadi “kita>ban”. Ini bisa terjadi karena ada kata “qa>ri’un” yang secara morfologis merupakan bagian dari ism fa>’il. Korelasi antara nahwu dan sharaf akan terjawab dari pemahaman contoh kalimat tersebut. Apabila kita ingin mengetahui fungsi secara sintaksis (nahwu) dari kata kita>ban maka kita harus melakukan pemahan secara morfologis (sharaf) dari kata “qa>ri’” di dalam kalimat tersebut.
Ra>jah}i berpendapat bahwa ahli bahasa lama tidak melakukan pemecahan antara ilmu sharaf dan nahwu. Sampai zaman linguis Arab Sibawaih pun, buku nahwu masih mencakup dua hal sharaf dan nahwu secara bersamaan. Namun hal tersebut mengalami perubahan semenjak pemikiran tentang ilmu bahasa dari seorang linguis Arab bernama Abal-Fath} ‘Usma>n Ibnu Jini muncul. Ia berpendapat bahwa pemahaman ilmu sharaf (morfologi Arab) hadir sebelum ilmu nahwu (sintaksis Arab).
Selanjutnya para ahli bahasa Arab membatasi lahan dari ilmu sharaf tersebut. Menurut mereka bahwa ruang lingkup sharaf hanya mencakup dua hal, yaitu: ism mutamakin (nomina) dan fi’l mutasharif (verba). Oleh sebab itu dapat disimpulkan akan tidak adanya pembahasan komprehensif mengenai h}arf (partikel), ism mabniy, dan fi’l ja>mid dalam ilmu sharaf, hal ini merupakan pendapat dari Ra>jah}i.
Buku ini dimulai oleh tiga bab pengantar, yaitu:
1.Sharaf dan Ruang Lingkup Pembahasannya
2.Standar Ukuran Kata/ Wazan dalam Ilmu Sharaf
3.Pemindahan Tempat Huruf-Huruf dalam Sebuah Kata (Metatesis)
Pembahasan point ketiga dalam buku ini cukup menarik. Pembahasan mengenai metatesis atau qalbul-maka>n masih terbilang kurang di dapatkan dari buku-buku sharaf. Namun dalam bukunya, Ra>jah}i menangkap adanya fenomena pemindahan huruf-huruf dalam sebuah kata bahasa Arab. Beberapa contoh qalbul-maka>n yang dijelaskan dalam buku Ra>jah}i adalah sebagai berikut:
Kata يئسَya’isa memiliki wazan/ standar kataفَعِلَfa’ila
Kata tersebut mengalami pemindahan huruf sehingga menjadi kata
أيِسَAyisa memiliki wazan عَفِلَ‘afila
Kedua kata tersebut memiliki makna leksikal yang sama, yaitu: to despair (of) atau lose hope (of).
Kata حَادِىh}a>diy memiliki wazan عالِفِ‘a>lifi berasal dari kata واحدwa>hid yang berwazanفاَعِل fa>’il.
Selanjutnya dimulai pemabahasan yang menjadi unsur dasar dari sharaf itu sendiri, yaitu verba dan nomina.
1.Bab I membahas mengenai verba dalam Bahasa Arab
2.Bab II membahas mengenai nomina dalam Bahasa Arab
3.Bab III membahas mengenai I’lal dan Ibda>l dalam Bahasa Arab.
semoga bermanfaat bagi seluruh pecinta bahasa Arab di Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H