Lihat ke Halaman Asli

Partai Politik, Korupsi dan Transisi Demokrasi 3

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

jelas rakyat sendirilah yang akan melakukan hal tersebut diatas, salah satu dari opsi rasional yang ada yaitu dengan bekerja lebih keras, mencari opsi bisnis lain, menambah jam kerja atau bahkan bisa bekerja pada sisi criminal baik secara berkegiatan fisik atau memperjual belikan kebijakan pemerintah yang ada (budaya makelaarisme). Jika permasalahan ini terus berlarut dan ada sebuah pergerakan pendidikan massa khususnya dalam pembelajaran keekonomian dimana rakyat mengetahui tentang bagai mana uang (modal), produksi, barang dan jasa serta pendistribusian diciptakan dan bersirkulasi niscaya tidak akan ada lagi rakyat yang menaruh simpati kepada partai politik karena merasa bahwa akumilasi suara dirinya hanya dimanfaatkan secara politis dalam nilai kelegalan merebut kekuasaan tanpa ada hasil guna dalam sisi kehidupan nyata/materiil. Akibat secara makro atas perburuan rente ilegal, akan terjadi penumpukan modal kerja berupa uang pada satu titik golongan masyarakat tertentu yaitu pengusaha, politisi dan birokraat yang pada tahap selanjutnya menghambat pencapaian kesejahteraan dan instabilitas berkomunitas. Sisi lain dari rendahnya kepercayaan massa adalah ketika tingkat partisipasi masyarakat dalam proses election sangat rendah baik itu ellection perwakilan maupun eksekutif, maka secara otomatis kredibelitas dan akuntabilitasnya lemah dan rentan terhadap massa actie yang akan digalang oleh golongan tertentu ( baik golongan pro status quo dan juga golongan gerakan perubahan) sebagai bentuk penolakan atas kebijakan yang akan dikeluarkan dan sedang dijalankan pihak penyelenggara negara, dus dengan keadaan tersebut jelas akan mengganggu stabilitas dalam berpolitik dan berekonomi, jika massa actie berlangsung menjadi massive maka akan menjadi gerakan moral temporary yang berujung kepada keinginan mengubah regim yang berkuasa dan terjadilah benturan massa dari kubu pemerintah melalui alat penegak/pemaksa hukum dibantu angkatan kelima (paramiliter bentukan sebagian pemimpin militer massa lama guna menghindari tuntutan HAM pihak Regional maupun Internasional) dengan rakyat yang merasa hajat hidupnya dirugikan secara sistemik (pergerakan 1997/1998 adalah contoh kasus konkrit). Partai politik pada satu sisi hanyalah memberikan kemanfaatan secara idiil seperti menurut Neuwmann kepada anggota-anggotanya. Jika menilik pada realitas yang ada, mayoritas metodologi yang dilakukan organisasi politik dalam memenangkan hati massa adalah sebagai berikut: rapat akbar, pengenaan seragam dan atribut kepartaian laksana militer (mencontoh NAZI), dan penggunaan panjí panjí kebesaran lainnya. Akan tetapi kemanfaatan idiil sebagaimana kita semua tahu dan mengerti ia hanyalah kemanfaatan semu yang mentriger kuatnya rasa kebersamaan dan kepemilikan secara komunal dan juga pemupukan cara berpandang sempit bahwa partai dan ideologi yang lain tidak sehebat milik mereka, akibat secara makro adalah memunculkan banyaknya friksi yang meruntuhkan struktur masyarakat majemuk (masyarakat negara bangsa). BERSAMBUNG..................................................




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline