Lihat ke Halaman Asli

Migrasi dan Pembangunan Otonom sebagai Permasalahan Bipolar 1

Diperbarui: 17 Maret 2016   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Abstraksi

Membicarakan sebab akibat antara pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan eksistensi kaum buruh migrant diperkotaan, ibarat membicarakan keberadaan ayam dan telur.  Lantas siapakah yang berperan sebagai penyebab dan akibat dalam pemasalahan ini.

Permasalahan publik merupakan permasalahan bipolar yang apabila satu hal telah diselesaikan, ia selanjutnya  dapat menimbulkan ekses-ekses negative lainnya sebagai hasil dari output maupun out come suatu kebijakan. Dibutuhkan suatu pemikiran yang komprehensif, terstruktur memiliki kejelasan visi, misi serta luasan cakupan rentang waktu serta mengkaji secara mendalam yang berdasar kepada suatu arah berfikir filsafati tentang penciptaan, dimana pada saat dilahirkan suatu keinginan maka pada saat itu juga terlahir kegagalan, dan juga akibat-akibat sebagai bagian dari fisika alam semesta. Celakanya hal ini tidak begitu serius difahami oleh kalangan pembuat kebijakan tingkat provinsi, daerah kota dan kabupaten.

 

 

SEBAB AKIBAT DAN CONTOH

Pedesaan, disinilah organisme sederhana dari jenis manusia dengan sebutan petani tinggal dan berkembang serta dikenal oleh masyarakat dunia sebagai kaum teguh pikiran, rajin, sabar dan pekerja keras, dimana secara turun-temurun  menempati suatu teritorial eksotis tradisional yang minus fasilitas publik guna  melangsungkan fungsinya dalam stratifikasi komunitas  sebagai makhluk yang non predator ekonomi. Mereka lebih berperan sebagai pelengkap penderita yaitu penghasil stok makanan anggota komunitas.

Berkurangnya jumlah penduduk daerah pedesaan disebagian besar belahan dunia terjadi sebagai akibat dari pesatnya perkembangan ideologi politik ekonomi kapitalismo pasca revolusi industri Inggris dan kemenangan Amerika dalam Perang Dunie ke 2 yang kemudian mendorong pertumbuhan kapital secara masiv dengan secara tidak langsung membiayai proyek-preyek besar di sebagian kota-kota besar dunia untuk menjadikannya sebagai ajang pelipatgandaan Kapital dan perburuan rente masive dan efektif.

Pada sisi lain terdapat sebab yang disebut sebagai mono sistem lapangan pekerjaan dipedesaan berupa pertanian, hal inilah pemicu adanya  pola migran dengan alasan ekonomi karena keterbatasan lahan garapan, seperti diketahui lahan ini tidak dapat secara otomatis luasnya akan  membesar sesuai dengan kuantitas penduduk dan berjalannya kuantitas tahun  yang kemudian dapat meng cover secara adil dalam pembagian luas lahan dengan tiap individu petani sesuai dengan kecepatan pertumbuhan penduduk.

Dampak yang ditimbulkan dari keterbatasan lahan mengakibatkan ditinggalnya profesi petani oleh generasi kemudian, sehingga proses regenerasi profesi akan menjadi masalah yang cukup serius sejalan dengan akumulasi waktu, dalam skala makro hambatan regenerasi profesi petani mengakibatkan permasalahan stok pangan secara nasional seperti yang terjadi di Indonesia, dimana stok pangan nasional mengandalkan impor beras dari negara Vietnam dan Thailandia. Yang aneh dari kasus ini adalah bahwa luas wilayah kedua negara tersebut lebih kecil dari dari luas Indonesia, sehingga akan menimbulkan suatu pertanyaan logis empiris  “apa yang sedang dan telah dilakukan pengelola negara pada saat ini dan masa lampau dalam hubunganya denga stok pangan nasional” kita tahu bahwa jumlah penduduk per 2015 kurang lebih 246 juta jiwa, yang ini semua memiliki mulut untuk diberikan asupan nasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline