Malam ini tiba-tiba saja saya ingin menulis. Menulis tentang beliau. Sosok wanita yang dikenal dengan perjuangan emansipasinya. Tetapi yang ingin ssya tulis bukan tentang emansipasinya. Tetapi kegiatan beliau yang ternyata setelah banyak membaca biografinya , saya menyimpulkan bahwa ibu Kartini atau sebutan lengkapnya adalah Raden Ajeng Kartini, adalah seorang wanita literat. Wanita yang tidak jauh dari kegiatan membaca dan menulis.
Banyak buku yang beliau baca. Satu di antaranya adalah Max Havelar buah karya Multatuli. Selain buku buku berbahasa Belanda lainnnya. Dari kegiatan membaca itulah beliau tertarik akan kemajuan berpikir perempuan Eropa. Yang kemudian dia membandingkan dengan wanita wanita jawa seusianya di mana dia tinggal.
Maka lahirlah tulisan tulisanya yang sebahagian besar tentang keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya Jawa yang dipandangnya sebagai penghambat kemajuan perempuan. Yaitu Tetutama mengenai hak perempuan umtuk mempetoleh pendidikan. Karena adanya tradisi dipingit.
Tulisan -tulisan yang berupa surat yang dikirimkan kepada sahabat-sahabatnya di antaranya Rosa Abendanom menunjukan bahwa beliau suka menulis. Tulisan tulisannnya merupakan hasil perenungan setelah membaca dan membandingkannya dengan apa yang beliau amati dari lingkungannnya. Maka jadilah sebuah surat yang begitu sarat makna. Dan penuh gelora semangat untuk sebuah perjuangan akan kaumnya.
Mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa seorang kartini telah menulis di majalah dan surat kabar. Majalah wanita Belanda "de Hollandsche Lelie". Majalah yang memang menjadi bacaannya dan di surat kabar De Locomotif pernah memuat tulisannya.
Kartini, berjuang melalui pemikiran-pemikirannya yang dituangkan dalam tulisan. Wanita pada saat itu mampu menulis sudah barsng temtu sesuatu yang luar biasa, karena jarang dilakukan oleh wanita kebanyakan. Dan itu sudah dilakukan oleh Kartini.
Kartini yang lahir tanggal 21 April, dirayakan kadang sebatas menggunakan cara berpakaiannnya saja, atau kadang mengartikan perjuangan emansipasi yang kebablasan. Namun pernahkah tersirat bagsimana mersyakan hari lahirnya dengan melestarikan semangat berliterasinya? Semangat menulisnya yang penuh menginspirasi hingga merubah pola pikir wanita pada jamannya malah melampau jamannya?
Kartini telah memberikan contoh dan bukti pada kita, bahwa dengan kita menjadi wanita literat mampu menjadi wanita yang harum namanya, mampu memberikan perannya melalui pemikiran -pemikiran yang berguna bagi bangsanya. Khususnya pada kaumnya. Jadi kalau kita ingin merayakan dan mengenang beliau
menjadi "Wanita yang Literat" satu contoh di antaranya. Karena ibu Kartini telah mencontohnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H