Lihat ke Halaman Asli

Atiyyatul Karimah

BE YOUR SELF

Selamatan Desa Sumberdawesari, Larung Sesajen di Danau Ranu

Diperbarui: 12 Maret 2021   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelaksanaan Larung Sesajen

Hai sobat reader semuanya berjumpa lagi di tulisan saya "Atiyyatul Karimah", oh ya saya selaku umat muslim mengucapkan selamat  memperingati isro' mi'roj nabi Muhammad SAW yang ke 1442H. Baik, disini saya akan membahas secara singkat apa itu selamatan desa dan menjelaskan selamatan desa seperti apa yang ada di daerah saya. Simak dan pahami sampai akhir ya teman teman selamat membaca!!

Menurut saya pribadi, selamatan desa  adalah salah satu kegiatan budaya dimana setiap daerah pasti mengadakannya entah itu setiap minggu, bulan, ataupun tahun. Selamatan desa biasanya diadakan secara turun temurun dan rutin, konon menurut sesepuh jaman dulu "agar makhluk ghoib yang menjaga desa kita dan menjaga tempat-tempat kramat di desa kita tidak marah serta menghormati kepercayaan para leluhur Ranu Grati, akan penunggu danau yang dikenal sebagai Baru Klinting, sesosok dewa yang berwujud ular besar" tapi seiring berjalannya waktu serta banyaknya orang yang berilmu dan beragama berpendapat bahwa acara selamatan tersebut merupakan ungkapan puji syukur terhadap tuhan atas rakhmat dan nikmat yang telah dilimpahkan di desa tersebut. Kegiatan yang biasa dilakukan saat menggelar selamatan desa adalah seperti larung sesaji, berdoa bersama, pengajian tumpengan/makan bersama nasi tumpeng, tarian daerah, dan masih banyak lagi pertunjukan kesenian daerah lainnya, dan dilakukan setiap tahun baru islam.

Pada tulisan hari ini saya akan membahas tentang selamatan desa di desa saya sendiri yang bertempat di Sumberdawesari, Grati, Kab.Pasuruan. Desa Sumberdawesari termasuk salah satu desa yang terletak dekat dengan salah satu danau keramat yaitu danu Ranu Grati, dimana merupakan suatu danau yang tercipta akibat mitos tertentu. Mitos yang terebar luas tentang asal-usul danau Ranu Grati banyak variasinya, dan saya akan menceritakan secara singkat asal usulnya menurut yang saya pernah dengar dari sesepuh di desa yaitu: dahulu kala ada seorang wanita putri dari orang yang masyhur didesanya waktu itu  dan tak sengaja dia melanggar perintah ayahnya tersebut akhirnya perempuan tersebut hamil tanpa seorang suami. Setelah itu lahirlah seorang anak laki-laki yang wujudnya tidak sewajarnya manusia seperti biasanya melainkan dengan bentuk setengah ular yang bersisik dan diberi nama Baru Kelinting, lalu diusirlah wanita dan anaknya tersebut dan mengasingkan diri disebuah hutan. Seiring berjalannya waktu Baru Kelinting beranjak besar, singkat waktu pada suatu hari ada pesta desa yang bertempat dengan tempat tinggalnya dikarenakan tidak dapat hewan buruan untuk dijadikan lauknya, tak sengaja mereka menangkap Baru Kelinting dan dimasaknya untuk dijadikan lauk. Lalu ibunya mengetahui nasib anaknya tersebut dan sangat marah kemudian dia menancapkan sebuah lidi di pesta tersebut dan memberikan pengumuman kepada semu orang bahwa siapa yang bisa mencabut lidinya tersebut akan diberikan sesuatu yang berharga dan menarik. Kemudian berlomba-lombalah mereka tapi tidak ada satupun yang bisa mencaputnya akhirnya ibunya sendiri yang mencabutnya dengan amarah dan rasa sedih akibat hal yang terjadi kepada anaknya tersebut akhirnya muncullah air hasil dari bekas cabutan lidi tadi dan tak kunjung behenti hingga membanjiri seluruh desa hampir dari 8 desa yang tenggelam dan terkenal menjadi danau Ranu Grati sampai sekarang.

Selamatan desa Sumberdawesari yang digelar tiap tahun baru atau hari assyura  itu biasanya diadakan di danau Ranu Grati tersebut guna wujud puji syukur kepada tuhan. Sesajen yang di wajibkan adalah seperti ayam, bebek hidup, kepala kambing atau sapi dan jenis buah-buahan lainnya kemudian di hanyutkan kedalam danau bagian tengah dalam bahasa jawanya yaitu dilarungkan maka acara sesajen ini dikenal dengan nama "LARUNG SAJI". Acara dilakukan 7 hari 7 malam dan dihadiri oleh seluruh warga desa setempat, tidak hanya dari desa tetangga biasanya bupati Pasuruan ikut serta dalam acara larung saji ini. 

Wahh, tidak terasa ya sobat reader akhirnya nyampe juga di ujing tulisan saya sebagai kreator memohon maaf apabila ada salah dalam penulisan lata karena saya juga dalam tahap belajar semoga bisa menikmati informasi yang saya tulis dan menambah wawasan para reader semua, saya mengucapkan terimakasih atas pasrtisipasinya dan meluangkan waktu untuk membaca tulisan ini sampai jumpa di artikel berikutnya terimakasih semuanya:)          

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline