Lihat ke Halaman Asli

Pendaki Gunung Harus Cermat Membaca Cuaca

Diperbarui: 26 April 2017   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabar mengejutkan kembali datang dari aktivitas pendakian. Dua hari yang lalu, sebanyak 3 orang meninggal, 2 orang luka-luka, dan 6 orang lainnya selamat akibat tersambar petir di Gunung Prau, Wonosobo (23/4/2017). Aktivitas pendakian gunung semakin digandrungi para remaja sejak munculnya film “5 cm”. Film yang menceritakan perjuangan sekelompok remaja yang menaklukkan Gunung Semeru itu menjadi motivasi tersendiri bagi para pendaki “dadakan” saat ini. 

Jika sebelumnya, pendakian gunung hanya dapat diikuti oleh sekelompok manusia yang benar-benar ahli, mempunyai pengetahuan, dan skill yang mumpuni. Tidak dengan sekarang, bermodalkan tas carrier, kamera, dan tenda, mereka nekat menaklukkan medan pendakian. Tak ada yang salah jika mereka selamat sampai tujuan, namun jika di tengah pendakian terjadi kecelakaan, siapa yang akan disalahkan?

Aktivitas pendakian gunung bukanlah ajang untuk pamer ataupun unjuk eksistensi diri. Bukan hanya sekadar pamer foto-foto setelah mencapai puncak. Bukan agar diberi label “hits” oleh kawan sebaya. Bukan juga untuk “nembak” pujaan hatinya. Bukan itu tujuan dari pendakian gunung. Proses pembelajaran bahwa kerja keras akan membuahkan hasil dan mengagumi kebesaran kuasa Tuhan melalui ciptaan-Nya lah tujuan yang utama.

 Banyak pendaki yang “minim” pengetahuan tentang pendakian, tapi “nekat” menerobos terjalnya alam. Pengetahuan tak hanya sekadar bagaimana cara menuju puncak, masih banyak faktor lainnya yang harus dipelajari. Bagaimana cara menaklukkan “penyakit gunung”, bagaimana kondisi cuaca saat pendakian, bagaimana cara bertahan hidup saat tersesat, dan masih banyak yang lainnya.

Terkait tragedi yang menimpa para pendaki Gunung Prau, Wonosobo. Kita harus lebih waspada terhadap kondisi cuaca di jalur pendakian. Sebelum melakukan aktivitas pendakian, pastikan melihat prakiraan cuaca. Dengan melihat prakiraan cuaca, pendaki akan mengantisipasi hal-hal yang dapat menyebabkan kecelakaan. 

Misalnya, prakiraan cuaca menunjukkan hujan deras disertai petir, maka pendaki sebaiknya menghindari jalur pendakian yang dikelilingi pohon-pohon besar. Pohon yang basah dapat mengalirkan listrik dari sambaran petir, selain itu pohon juga bisa tumbang ketika tersambar petir. Jika tidak memungkinkan, ada baiknya menghentikan pendakian sementara. Prakiraan cuaca telah disediakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam skala kabupaten/kota. Diharapkan dengan cermatnya pendaki membaca cuaca, korban jiwa akibat fenomena alam pada saat pendakian pun dapat berkurang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline