Paradigma integrasi ialah pendekatan yang menggabungkan berbagai ilmu, konsep serta praktiknya untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan di suatu kehidupan. Paradigma integrasi dapat digabungkan dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan maupun ilmu agama, seperti paradigma integrasi islam dan ilmu sosial humaniora dibidang astronomi. Astronomi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti bintang, planet, galaksi, dan fenomena alam semesta lainnya.
Penerapan paradigma integrasi (Bayani, Burhani dan Irfani) dalam ilmu sosial humaniora di bidang Astronomi. Penerapan bayani, Al Qur'an surat Al-Hijr ayat 16-18 :
"Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (Nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk, kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu Dia dikejar oleh semburan api yang terang." (Q. S. Al Hijr :16-18).
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT sudah menciptakan bintang-bintang yang bisa lihat semua makhluk hidup pada malam hari, dengan cahaya bintang tersebut membuat benda langit itu dikatakan sebagai hiasan langit, selain itu bintang dapat dimanfaatkan juga oleh para nelayan dan nahkoda kapal yang berlayar di lautan untuk menunjukkan arah.
Dalam aspek Burhani penerapannya dijelaskan para mufassir bahwa bintang-bintang yang tersebar di ruang angkasa dapat dijadikan sebagai petunjuk, baik sebagai alat penentu arah maupun waktu. Para nelayan, musafir, atau orang yang memang profesesinya berpindah dari satu tempat ke tempat lain sangat memerlukan petunjuk, terutama pada malam hari yang memungkinkan mereka dapat sampai ke tempat tujuan. Dahulu sebelum adanya kompas dan alat navigasi lainnya ditemukan, manusia mengandalkan bintang-bintang sebagai penunjuk arah. Tanpanya, mereka kemungkinan besar akan tersesat.
Pada aspek Irfani yang dapat diambil adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT pasti memiliki manfaata. Hal sekecil apapun yang ada dialam semesta pasti selalu berkaitan dan memiliki keistimewaan masing-masing. Makhluk hidup selalu diberi kemudahan berupa petunjuk dari Allah SWT, hanya saja manusianya itu sendiri dapat memahami dan memanfaatkan petunjuk itu dengan baik atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H