Lihat ke Halaman Asli

Atin Mulangga

Universitas Sebelas Maret

Menafsirkan Makna Implisit Ujaran Untuk Meningkatkan Komunikasi Efektif Melalui Pemahaman Pragmatik

Diperbarui: 16 Desember 2024   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang digunakan oleh khalayak. Ilmu yang membelajari bahasa biasa dikenal dengan sebutan ilmu linguistik. Ilmu linguistik memiliki beberapa cabang, terdiri atas makro dan mikro. Salah satu cabang ilmu linguistik dan masuk ke dalam kategori makro adalah pragmatik. Pragmatik bisa dikatakan sebagai ilmu memahami orang lain, memahami maksud/ujaran/tuturan yang tidak di ucapkan seseorang secara eksplisit. Ilmu ini penting dikuasai oleh individu untuk mendukung kelancaran dalam berkomunikasi dengan orang lain, melihat bahwa setiap berkomunikasi melibatkan penutur, lawan tutur, maupun partisipan. Karena pragmatik menelaah penggunaan bahasa sesuai dengan konteks dan situasi pemakainya ketika sedang berkomunikasi. Ketika berkomunikasi dengan lawan tutur maupun partisipan, tidak terlepas dari adanya konteks komunikasi, meliputi dengan siapa orang yang diajak berbicara dan dalam situasi apa. Dalam hal ini, sering terjadi kesalahpahaman jika seorang penutur, lawan tutur, maupun partisipan tidak memahami maksud tersirat yang tidak di ujarkan lewat tuturannya.

Orang yang memiliki penguasaan pragmatik yang baik, akan memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dan mampu membangun hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Karena orang yang memiliki penguasaan pragmatik yang baik akan mampu memahami konteks sosial dan situasi ketika komunikasi itu terjadi, serta mampu memahami maksud tersirat dibalik tuturan orang lain dengan menunjukkan empati yang tinggi. Seolah-olah kita berada di posisi tersebut dan bisa merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh lawan tutur.

Contoh implementasi pragmatik dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam dialog tetangga 1 (penutur) yang sedang berjalan kemudian menyapa tetangga 2 (lawan tutur) terkait suatu hal, terlihat pada dialog berikut:

Penutur: "Wah Bu Tun, pohon mangganya sudah mulai berbuah. Enak ya kalau punya pohon mangga, gausah beli rujak atau lotis mangga muda karena bisa bikin sendiri."

Lawan Tutur: "Walah Bu Nah, sini mampir dulu saya petikkan mangga mudanya biar anda bisa bikin rujak atau lotis sendiri."

Dari dialog singkat diatas, dapat dilihat bahwa lawan tutur memahami maksud implisit dari ujaran yang di ujarkan oleh penutur, yang mana penutur secara tidak langsung ingin meminta buah mangga muda milik lawan tuturnya. Apabila lawan tutur tidak menguasai pemahaman pragmatik yang baik dan tidak paham terkait maksud ujaran penutur, mungkin lawan tutur tersebut hanya akan menjawab sapaan tanpa memberikan buah mangga miliknya kepada penutur.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pragmatik begitu berpengaruh untuk mendukung jalannya komunikasi yang efektif. Komunikasi efektif dapat terjalin jika terjadi umpan balik dan memiliki pemahaman konteks yang sama. Tanpa pemahaman pragmatik, mungkin komunikasi akan terjalin kurang efektif karena terjadi kesalahpahaman antara penutur dan lawan tutur akibat tidak memahami maksud implisit yang berada di balik ujaran yang telah dituturkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline