Lihat ke Halaman Asli

Anak Seorang Pelacur Bangsawan

Diperbarui: 11 Maret 2024   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

   Dimana saat aku injakan kakiku ke tanah Surakarta ini, aku melihat mu. Begitu elok paras mu, anggun menawan gerakan demi gerakan mengikuti alunan gamelan. Busana yang cantik khas para penari begitu cocok dengan mu. Siapa namamu? apakah boleh kita bersua kembali setelah ini? aku rasa, aku sedang merasakan hal yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. 

   "Tunggu!" Panggil ku dengan sedikit meninggikan suara ku agar pemilik paras cantik itu mendengarkan panggilanku. Jujur saja jantungku berdegup begitu cepat saat melihat lebih dekat paras cantiknya itu. 

   "Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanyanya dengan menundukan kepala, mungkin dia tau bahwa aku seorang dari kalangan atas. "Tegakan kepalamu." Sang pemilik paras cantik itu menegakan kepalanya. Sorot matanya yang teduh membuat siapa saja yang menatapnya akan jatuh hati padanya. 

   Aku berdeham, mengurangi rasa canggungku untuk memulai percakapan dengannya, "Siapa namamu? aku melihat mu di pertemuan tadi, kamu seorang penari bukan?"Bodoh sekali aku menanyakan hal itu, dilihat dari pakaiannya saja semua orang pasti sudah tahu menahu kalau dia ini seorang penari. 

   Ia tersenyum tipis lalu menjawab "Saya Rukmi, Tuan. Betul saya seorang penari." 

   "Saya Hendra, senang bertemu dengan mu, Rukmi." Ucapku sembari memberikan tusuk konde patri tiup yang baru saja aku beli dari Jogjakarta waktu lalu dengan secarik kertas yang tak lupa aku selipkan di sana. 

      *****


   Kenapa aku harus terlahir menjadi bangsawan, Rukmi? Kenapa aku tidak terlahir seperti halnya dirimu. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, aku ingin sebebas dirimu, Rukmi. Aku sudah muak dengan aturan yang sedari kecil aku patuhi. Aku harus bagaimana lagi? Harus ke arah mana lagi aku berlari untuk menghindari semua aturan itu?

   Semua orang disini sangat egois, Rukmi. Semua keinginan yang mereka mau harus dipenuhi. Aku tidak ingin menikah dengan perempuan lain selain dengan dirimu, Rukmi. Tak peduli status kita sama ataupun tidak, aku akan tetap menikah dengan mu. Jikalau mereka menentang, aku akan tetap memilihmu.

   "Mereka yang terpandang, harus bersanding dengan yang sejajar, Hendra. Kau tidak bisa menikahi anak lacur itu, sekalipun ia tidak mengikuti jejak ibunya." Suaranya masih terdengar jelas di pendengaran ku, Rukmi. Aku tak bisa berkata apapun setelah Romo mengatakan hal seperti itu.

   Sekarang aku tau, mereka semua sama saja seperti orang berkulit putih itu. Dibutakan dengan kekuasaan yang tak pernah mereka pegang sebelumnya. Bersikap seolah mereka mencintai rakyat mereka tapi nyatanya mereka sama saja seperti orang-orang yang kini duduk di meja megah, merayakan kemenangan dengan segelas anggur mewahnya itu.

*****


   Deburan ombak mulai meramaikan suasana. Sudah dua puluh menit aku tak mendengarkan suara lembut mu itu. Hanya diam berdiri tanpa memandang ku sedikit pun, ku pandangi terus menerus wajah elok dari perempuan ku itu. Begitu indah pahatan Tuhan yang satu ini, tak heran mengapa aku jatuh hati padanya, karena memang seindah itu perempuan ku. Seindah pantai ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline