Lihat ke Halaman Asli

Atika Sari

~Atika~

Menanamkan Moderasi Beragama untuk Menangkal Radikalisme dan Terorisme Atas Nama Agama

Diperbarui: 10 Juli 2020   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.klikwarta.com

Pada saat ini kita telah melihat maraknya kasus radikalisme yang didalamnya banyak terlibat generasi muda. Deretan kasus radikalisme belakangan ini, telah menunjukkan kepada kita bahwa radikal itu masih kuat dan mengakar di kalangan masyarakat. Radikalisme yang mengatasnamakan agama menjadi ancaman bersama, baik negara maupun masyarakat Indonesia.

Agama menjadi kendaraan yang dinilai tepat untuk menjalankan aksi radikalisme karena agama itu sensitif. Apalagi selama ini agama memang sering dijadikan alat untuk mengadu domba satu sama lain. 

Dengan kondisi seperti itu, image agama itu sendiri akhirnya menjadi tercoreng. Agama yang semestinya memberikan ajaran tentang perdamaian, karena penyalahgunaan tersebut akhirnya semua dengan seenaknya diputarbalik. Seperti ayat-ayat kitab suci dipotong, sehingga tafsirannya menjadi macam-macam sesuai dengan kepentingan politik mereka. 

Salah satu ayat al-Qur'an yang diinterprestasi secara radikal oleh golongan tertentu dalam Islam, sehingga melahirkan tindak kekerasan dan radikalisme adalah QS. At-taubah ayat 29:
Artinya: "Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk".

Sebelum membahas lebih lanjut tentang radikalisme dan terorisme atas nama agama beserta upaya untuk mengkalnya. Saya akan membahas terlebih dahulu pengertian radikalisme dan penyebabnya. Agar kita tahu dan paham bahwa paham ini sangat berbahaya.

Radikalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme berarti (1) paham atau aliran yang radikal dalam politik, (2) paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, (3) sikap ekstrem dalam aliran politik (pusat Bahasa, 2008: 1512)

Adapun beberapa penyebab dari radikalisme ini antara lain: (1) Pengetahuan agama yang tidak menyeluruh, (2) Literal dalam memahami teks-teks agama sehingga minim dalam pemahaman esensi dari agama, (3) Disibukkan oleh masalah-masalah sekunder, (4) Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi, (5) Radikalisme muncul sebagai reaksi terhadap radikalisme kaum seluler, (6) Perlawanan terhadap ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik di tengah masyarakat, (7) Adanya tekanan politik terhadap eksistensinya, (8) Emosi keagamaan, sebagai bentuk solidaritas atas saudara seiman yang tertekan, (9) Kebijakan pemerintah yang tidak mampu memperbaiki kondisi negara, sehingga menimbulkan frustasi dan kemarahan sebagian umat Islam.

Setelah mengetahui pengertian beserta beberapa penyebab dari radikalisme, sekarang saya akan membahas upaya untuk mencegah atau menangkal radikalisme dan terorisme atas nama agama yang kini semakin marak dan sangat membutuhkan penanganan ekstra dari semua pihak. Dan salah satu pihak yang sangat berperan penting dalam pencegahan radikalisme ini adalah guru pendidikan agama Islam. Upaya yang bisa dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam adalah dengan menanamkan moderasi beragama.

Dalam al-Qur'an kata moderasi tersurat dalam surat al-Baqarah ayat 143 yang berbunyi:

Artinya: "Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia."

Ayat tersebut memberikan isyarat bagi seluruh umat manusia agar berlaku adil dan terpilih, moderat atau berada di tengah-tengah dalam segi akidah, ibadah dan muamalah. Bersikap moderat berarti tidak fanatik apalagi sampai taraf fanatisme buta lebih-lebih sampai mengkafirkan orang lain. Karena sikap fanatisme buta ini dapat mengakibatkan konflik keagamaan yang menyebabkan perpecahan bagi bangsa Indonesia. Dan moderasi beragama merupakan salah satu strategi kebudayaan dalam merawat keindonesiaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline