Culture Shock : "Aku Salah Jurusan gak sih?"
Sumber Foto : archdaily.com
Sebagai makhluk sosial kita merupakan seseorang yang saling membutuhkan, bersosial merupakan jalan utama dalam hidup untuk tetap bisa bertahan hidup. Komunikasi menjadi peran utama dalam bersosialisasi, karena adanya komunikasi maka adanya bentuk sosial tersebut.
Dapat disebutkan bahwa komunikasi itu sangat luas, semua makhluk menggunakan sebuah komunikasi dalam melakukan apapun. Dalam berinteraksi sosial, komunikasi memiliki aturan dan konteks. Seperti yang telah dijelaskan di buku Samovar bahwa komunikasi itu bergantung pada konteksnya, sehingga dapat lebih mengerucut. Dalam menjalani interaksi sosial hal yang dilakukan tidak sewenang-wenang tidak teratur serta tidak acak.
Dalam buku samovar juga dijelaskan bahwa Konteks Komunikasi mempengaruhi Komunikasi. Budaya merupakan peran utama dalam penetapan sebuah aturan yang spesifik yang menentukan perilaku komunikatif sesuai untuk konteks sosial dan fisik yang berbeda.
Hal ini sama Seperti saat kita sedang Bersama seorang teman yang menganut budaya sama dengan kita, maka kita jauh lebih mudah untuk masuk dalam obrolannya, sehingga mudah juga untuk saling tukar cerita.
Namun berbeda dengan Ketika kita sedang bertemu dengan seseorang yang memiliki budaya yang berbeda dengan kita, maka kita cenderung pasif untuk berinteraksi karena beberapa hal yang dianggap berbeda. Meski begitu budaya bukanlah penghalang untuk melakukan interaksi kepada seseorang dengan budaya lain.
Kali ini saya akan menceritakan terkait konteks sosial yang terjadi di Perkuliahan. Sebuah "Culture Shock" yang saya alami semenjak masuk Perkuliahan. Perpindahan SMA menuju Kuliah ini sangat sulit untuk dilewati pada saat awal perkuliahan. Karena semua orang berasal dari budaya yang berbeda-beda, membuat saya cemas dan khawatir untuk memulai sebuah pertemanan.
Sebelumnya Ilmu Komunikasi menjadi Program studi yang saya mantapkan agar tidak salah pilih, karena menurut saya, disinilah passion saya. Namun siapa sangka, Program studi yang terkenal mudah ini, justru berbanding terbalik, belajar komunikasi yang mendalam membutuhkan skill dan akademik yang tinggi untuk dapat mengikuti setiap mata kuliah, hal ini menjadi salah satu dari banyaknya culture shock yang saya alami diperkuliahan.
Selain itu, pembelajaran saat kuliah benar-benar berbeda dengan SMA, semua serba mandiri dan harus melakukan yang terbaik serta sigap agar tidak "FOMO" atau yang disebut dengan Fear Of Missing Out.
Bahkan salah jurusan menjadi alasan yang kerap didengar pada saat semester awal, selain Fomo dalam akademik, sebagai mahasiswa baru saya juga takut loh Fomo dalam Pertemanann, terlebih saat memulai pertemanan pun rasa cemas selalu menghantui, hal ini dikarenakan semua mahasiswa merupakan seseorang dengan budaya yang berbeda-beda.