Lihat ke Halaman Asli

Hatiku, Ijazahku dan Internet

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum aku harus pulang kepulauku, kampung halaman kata orang kebanyakan. Aku berfikir, aku harus "buat apa" di sana, karna nantinya aku ingin pulang lagi ke tanah rantau, masih banyak yang ingin aku lakukan, aku ingin belajar ini itu, sekolah lagi seperti itu tepatnya. Keluargaku sangat membutuhkanku pada saat itu. Hampir setengah tahun pasca kelulusanku aku masih enggan pulang, dan saban hari bapakku bertanya "kapan kamu pulang?pulang dulu bentar nanti pulang lagi kejogja.." yaa...akhirnya aku pulang. Sebelum pulang sebisa mungkin amunisi untuk bertempur dengan adaptasi dan rencana kupersiapkan, maklum dikampung halaman ku ini rodo susah buat mencari ini itu. Diharuskan efektif dan efesien, Shoping nama tempat kulakan buku dan majalah bekas bisa ditemukan,yaa disana aku berburu. Berbentuk keliping, satu-satu majalah kupilih,kubawa pulang dan ku arsipkan.

Akhirnya, tiba hari keberangkatan. Pada waktu itu mimpi yang ku bawa lebih berat daripada barang-barang pindahanku, wuuiiii...semangat sekali kaka kita pulang, kayaknya "seru". Seperti cerita film kebanyakan maka plot pertama adalah datar, berjalan biasa. Aku membantu usaha rumah makan bapak ku, namanya Rumah Makan dan Wisma Jogja. Intinya rencanaku untuk usahaku sendiri dipending dulu, bapak ibuku TIDAK mengizinkan..yaa...anak muda mengalah.

Dirumah maknku ini, kupahami alur dagang, semua isi perut usaha makanan. Dari titik, bukan nol karna NOL bergaris dan berbentuk. Untung di rumah makan bapaku ini ada sinyal internet, kalo tidak matilah sudah. Internet adalah jendela dunia dan dewa penolong ketidaktahuanku. Dan aku tau, rumah makanku mulai tidak stabil, sakit, ini berbehaya untuk kelangsungan kebahagiaan keluargaku. Banyak labih banyak lagi belajar, mengambil resiko dan bertindak, tidak hanya berdoa. Seperti nemu mata air dipadang rumput yang hijau, walau sejuk tapi aku haus bulan Oktober 2012 temanku barkata "tik, ikut seminar wirausaha yuk, dijakarta Februaru nanti...". Subhanallah Tuhan segera memberi perahu di tengah ombang ambing banyak pertanyaan di otaku tentang dagang. "ya ca...kita harus ikut berapa tiketnya, booking ya...". Apapun yang terjadi Yes! aku harus berangkat. Ada 5 bulan buat menabung, aku harus save uang sendiri untuk ini. Tiket seminar, penginapan dan tiket pulang jogja sudah kubayar, tinggal untuk makan nantiny.

Selama 5 bulan ini, ijazahku dipaksa harus digunakan. Awam orang tua manapun ingin anaknya segera berseragam setelah dapat gelar sarjana. Ada bukaan wartwan sumex (sumatra expres) waktu itu, "masukin aja tik!" kata ibuku sambil membawa lembaran koran info lowongan itu. Dengan berbinar bapak berkata "waah senengnya bapak kalo anakku jadi wartawan, sumex pula,coba masukin ya tik!" karna surat kabar harian ini adalah surat kabar bergengsi ditempatku..yoooyooii..berkas-berkas lamaran ku urus DONE lamaran terkirim, menanti hasil. Pengumuman dimuat dikoran lalaaa ada namaku ATIKA NOVRIDA S.I.Kom okee..ikut tes pertama senang dunk ya maen kepalembang. Kedua nama cantik itu ada lagi, agak senang berangkat lagi tes, dan yang terakhir "hamba berdoa tuhan,smoga tidak lulus". Dengan nada gembira suara disana mengabarkan "atika novrida, selamat ya, kamu lulus ikut traning wartawan sumek, seneng kan?" "iya mas, terimakasih, tapi.."."lo kenapa kok kayaknya ragu?seneng donk .". "iyaa..terimaksih" datar..Tidak ku ambil panggilan itu, setelah satu bulan baru bapak ibu kuberitau "dasar sarjana sombong, angkuh kamu pikir kamu udah hebat, itu yang daftar banyak, sombongnya g kamu ambil, mau jadi apa kamu, kamu pikir dengan kamu dagang nanti kamu mau dapet berapa?mau dapet apa!"tak pikir tapi ra tak pikir, aku paham perasaan meraka, kadang mereka malu ketika ditanya teman-temnya "anaknya sekarang kerja apa?" dan mereka bingung menjawab, untuk kali ini anak muda tidak mengalah. Menurutku kalo toh aku kerja di palembang, 5-6 ja dari rumahku, lah niat awalku pulang buat apa?buat keluargaku total toh?artinya sama aja, kenapa aku g kerja dijakarta aja sekalian atau balik jogja lagi...ya g si..iyaa laa..dan yang paling kuat alasanku untuk tidak patuh adalah, gajiku satu bulan nanti hanya cukup untuk ku saja..adek-adek ku?rumahku?, Kuat pada rencanaku, dagang.

5 bulan itu lama sekali si, dipaksa lagi masukin lamaran ke BRI buat bagian mantri, ya lalalaaa..tak urus berkas, panggilan datang, dan yes!! tak tolak, tes hari kamis sore rabu pagi aku harus berangkat Jakarta. "Sarjana angkuh...", tak papa pak, bapak tak tau kuatnya niatku buat kalian, maafkan kalian kecawa, percaya kata hatiku, ya keras sekali, menurutku kata hatiku adalah nasehat tuhanku yang paling benar.

Dan tiba saatnya aku harus berangkat uang tabunganku yang kemaren dipinjem ibuku tidak bisa kuambil, ibuku juga sedang tidak ada uang lebih. Aku pinjem uang temanku, aku HARUS berangkat. Dan adalah ternyata bapak ibuku tidak mengizinkanku berangkat, "kamu itu alasan mau ikutan seminar, padahal mau pulang kejogja aja, kamu kan tau kita lagi susah uang, kamu mau jalan-jalan?" astagfirllahazm..ya aalah, hanya allah yang tau, betapa kerasnya aku ingin berjuang buat mereka. Tanpa sanggon dari mereka, untung btemanku mau meminjamkan uangnya padaku, tak peduli apapun, beberapa hari sebelum keberangkatan mereka tak mengajaku berbicara, aku tak peduli.

Hinggar bingar semangat berdagang, belajar, peluang, pola pikir, paham, yang kudapat membayar semua ceritaku sebelum aku sampai ketempat itu. Ingin segera pulang dan membangun istanaku, sketsa dan hitungan bata yang harus kupersiapkan menanti. Kedekatanku dengan tuhanku mengajarkanku untuk sabar, mengikuti alur jalanya dengan istigfar, selama kira-kira 2 tahun lebih bapak,ibuku belum memberi izin, izin mereka adalah izin allah, untuk kali ini anak muda tidak berani nekad, doa dan restu ibu sangat berpengaruh pada kekuatan usahaku nantinya.

Kesabaranku dan ke"anak baik"anku di uji,ibuku bilang, "kita jualan ya..", "beneraan buk?aku ndag boleh jualan?pake konsepku ya?"."ya"..Subahanallah bersemangat sekali anak muda ini segera semua materi yang kupersiapkan ku godok lagi, menu makanan yang akan kita jual ku cetak dan kuberikan ibu"bu, ini dipelajari, ntar kita jualnya ini ya..", diam diterimanya kertas dariku tanpa dibaca dengan teliti.  tiba tiba suatu pagi "ka, bangun jagain warung, ibu mau ngajar!", "hah?warung apa?" itu di lemari etalase sana tar susun mangkok sayurnya, plastiknay di laci, minta 3.000 pake plastik yang sprapata, ayam 5 ribu, ikan 4 ribu!". Aku bengong, INI APA?. segera kuliat apa yang ibuku bilang, yaa ibuku memintaku jualin sayur masakanya, didepan rumahku, astagfirllahzm ya allah, kenapa ibu tidak bilang kamarin, kalau ibu belum percaya dengan pemikiranku?sangat tidak dianggap, tidak dipedulikan, ditremehkan ya..aku nagis sambil nungguin dagangan sayur ibuku. Tak bisa kutahan aku nagis dan protes didepan meraka, mereka menjawab, dan yaa...aku mengalah, kata hatiku berkata ikuti dulu mau apa mareka. Hampir 3 bulan dagang sayur masak didepan rumahku tak lakoni, setiap hari paling kuat dapet 130, 150, untungnya tidak lebih dari 50% dan ibuku dagang ini sangat melelahkan, setiap hari kita belanja, ibuku harus masak dari subuh, dan untungya adalah untung kita masih bisa makan dan jajan hari ini.

Bapak, ibuku berangkat haji taun 2013, dirumah sendirian tanpa merea, menurutku ini adalah kesemaptanku, aku bisa bergerak leluasa sesukaku, tanpa ada yang protes. Dan tentunya dengan izin dan restu mereka aku berani berjalan. Pada awalnya senjata untuk berdagangku diperkuat dengan temanku yang mau ikut merintis usaha dengan ku, karna pada dasarnya "saya tidak bisa masak sama sekali, saya tidak suka dapur, dan saya tidak pernah didapur dalam waktu lama kecuali cuci piring". Merasa aman,dengan berani rencana ku matangkan, dan ternyata tiba-tiba temanku menciut, dia tidak berani ambil resiko..oke baik, untung ada internet, sebagian besar waktuku ku habiskan didapur dengan majalah masak dan google, kepasar survei harga. Hampir 3 minggu keberangkatan bapak ibuku, warungku belum juga brejalan..aku takut, terlalu banyak ketakutan. Dan warungku Harus buka, tanpa alasan apapun. Kesana kemari aku bertanya, tentang bagaimana menentukan harga jual, bagaimana membagi persen keuntungan, bagaimana bagaimana. Dan matematika ku parah, untuk hitung 30% dari 50.000 saja aku tak bisa, sudah diajarkan, kucatat detai tapi lupa sampai dikamarku, tak puter-puter, hitung lagi dan lagi, tanya google, akhinya kebodohanku menipis.

Uang simpanan untuk hidupku dan adik-adiku selama orangtuaku naik haji ku jadikan modal, ku pakai sekitar 1 juta, dengan target minimal 2 minggu uang suadh bisa jalan, kalau tidak adik-adiku tak bisa makan. Oke capek dan sakit menajdi mitosa dan sugesti setelah itu. Warungku buka ku beri nama Kedai Jajan Jogja, masih memakai nama Jogja agar bapaku senang, karna rumah makanya bangkrut, setidaknya nama kebangganya masih berkibrar walau dengan 4 meja makan awalnya. Kedaiku berjalan, allhamdulilah tidur, dan makan kadang menjadi kegiatan yang kubenci. Aku terus bergerak, sampai dengan sekarang, umur kedaiku memasuki bulan ke 9. Dari awal hanya menyiapkan 1 toples ice cream sampai sekarang minimal 6 toples perharinya.

Sertakan selalu tuhan dihatimu, dalam setiap ucapan dan pikiranmu, sertakan selalu allah dalam hatimu, bertanya padanya ketika kamu ragu tentang keyakinan untuk apapun. Bernyanyilah memujinya selalu dalam hatimu, lupakan lagu-lagu maenstream. Melangkahlah 5 langkah setelah kau berpikir 2 kali, ketakutanmu akan menjadi kekutanmu ketika sudah kau hadapi, tidak ada yang tidak bisa dan tidak mungkin ketika kamu mau..Maksimalkan apapun yang bisa kamu maksimalkan, karna allah tau seberapa kuat usahamu, sebersih apa niatmu, maka kasih sayangnya akan terus menjadi sahabat kita. Dan salah satu kekuatanku untuk berdangang mengalahkan cacian orangtuaku sendiri, membiarkan orangtuaku sendiri meremehkanku adalah, aku ingin menjadi anak kesayangan tuhanku, apa yang aku kerjakan adalah ibadah, tanpa ada umpatan, keluhan..ikhlas mencri rezkimu, halal dan haramnya rezki yang ada kita yang atur, dan setiap hari aku masih bisa membantu apapun pekerjaan orangtuaku, dekat dengan mereka, tau apa yang mereka butuhkan. Alahmdulilah, seminggu sekali kuliah adik-adiku tidak terhambat, ibuku tidak bingung mau mereka disana makan apa, karna kedaiku sudah mampu memberinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline