Lihat ke Halaman Asli

Atika annisa

Mahasiswa

Tantangan Pendidikan Islam di Indonesia

Diperbarui: 13 Juli 2020   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tantangan pendidikan islam di Indonesia.

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul "TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA".
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan karya tulis ini, untuk memenuhi upaya penulis dalam mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang materi yang sedang penulis pelajari.

Kalau berbicara tentang agama pasti akan ada sangkut pautan dengan lembaga pendidikan sejak manusia hidup di permukaan bumi. Agama atau kepercayaan terhadap yang ghaib sudah tertanam dalam diri manusia sehingga bisa dikatakan secara naluriah manusia beragama. Agama dan pendidikan adalah naluri dasar manusia yang saling memperkuat, supaya membangun pondasi agama yang kuat dalam diri seorang anak, karena mereka perlu pendidikan, sebaliknya pendidikan memerlukan agama sebagai sumber nilai dan semangat dalam membentuk generasi berkarakter dan unggul. Ini akan mendorong suatu bangsa lebih kuat dan maju karena dalam diri mereka tertanam optimisme.

Optimisme penting untuk hidup di dunia dan bekal di akhirat. Maka, berbuat baik atau beramal saleh adalah tujuan utama beragama. Dalam Islam, selalu digabungkan antara keimanan dan amal saleh untuk menekankan iman. lman saja tak cukup tetapi harus dibarengi amal saleh, begitu juga sebaliknya. Bahkan, dalam sebuah hadis, Nabi menekankan, ''Sebaik-baik manusia adalah yang membawa manfaat bagi manusia lain." (diriwayatkan oleh Ahmad dan ath-Thabrani)

Islam sebagai agama mayoritas (single mayority) di Indonesia mengandung ajaran-ajaran yang bersifat enternal dan universal cerita mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk konsep dalam pendidikan (baharun, 2016)  mengungkapkan bahwa peranan pendidikan agama begitu penting, peran pendidikan dalam sudut pandang agama yaitu harus dapat menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir batin material dan spiritual (Fauzi, 2017) pendidikan agama inilah yang akan menciptakan karakter dalam diri seseorang, agama perlu diketahui, dipahami, di yakini, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian, sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh (Tadjab,1984) . Jika berbicara tentang keagamaan, yang katanya di Indonesia sering menjunjungkan pendidikan anak yang berakhlak mulia namun pendidikan Islam sering teralihkan. Bahkan pendidikan Islam sering "dinobatkan" hanya untuk kepentingan orang-orang yang tidak mampu atau miskin, memproduk orang yang eksklusif, fanatik, dan bahkan pada tingkah yang sangat menyedihkan yaitu "terorisme-pun" sering di anggap berasal dari lembaga pendidikan Islam, karena pada kenyataannya beberapa lembaga pendidikan Islam "dianggap" tempatnya kelompok tersebut. Walaupun "anggapan" ini keliru dan dapat ditolak, sebab tidak ada lembaga-lembaga pendidikan Islam manapun yang bertujuan untuk memproduk atau mencetak kelompok-kelompok orang seperti itu. Tetapi realitas di masyakarat banyak perilaku kekerasan yang mengatas namakan Islam. Dan sangat disayangkan mereka yang mengolok tidak sedikit orang Islam itu sendiri.

Oleh karena itu, muncul tuntutan sebagian masyarakat sebagai pengguna pendidikan Islam agar ada upaya penataan dan modernisasi sistem dan proses pendidikan Islam agar menjadi pendidikan yang bermutu, relevan, dan mampu menjawab perubahan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia.  Agar mutu pendidikan tersebut dapat dicapai maka lembaga pendidikan harus mampu mengoptimalkan fungsi dan peran seluruh sumber-sumber daya pendidikan baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana fisik lainnya yang dimiliki.(Chotimah & Fathurrohman, 2014).


Namun, Permasalahan pendidikan di Indonesia secara umum, kualitas, relevansi, elitisme, dan manajemen. Berbagai indikator kuantitatif dikemukakan berkenaan dengan keempat masalah di atas, antara lain analisis komparatif yang membandingkan situasi pendidikan antara negara di kawasan Asia. Keempat masalah tersebut merupakan masalah besar, mendasar, dan multidimensional, sehingga sulit dicari ujung pangkal pemecahannya (Tilaar, 1991). Begitu pula menurut A. Malik fajar yang menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang sedang dihadapi saat ini:
a) bagaimana mempertahankan dari serangan krisis dan apa yang kita capai jangan sampai ilang
b) kita berada dalam suasana global di bidang pendidikan. Menurut kompetisi adalah suatu yang niscaya, baik kompetensi dalam skala regional national dan internasional
c) berlakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis perhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik peningkatan partisipasi masyarakat.

Terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk menghadapi tantangan pendidikan islam diantaranya adalah:
a. Membebaskan akal peserta didik dari semua kekangan dan belenggu
b. Membangkitkan indra dan perasaan peserta didik sebagai pintu untuk berfikir dalam membangun peradaban islam
c. Membekali berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat membersihkan akal dan meninggikan derajat peserta didik.


Sedangkan menurut husni rahim, masa depan pendidikan islam indonesia ditentukan oleh faktor internal dan ekternal. Secara internal dunia pendidikan islam pada dasar nya masih menghadapi lem pokok berupa rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan, Secara eksternal masa depan pendidikan islam dipengaruhi oleh tiga isu besar yaitu: globalisasi, demokratisasi, dan liberalisasi islam

Kesimpulannya, dalam menghadapi tantangan arus globalisasi dan modernisasi dapat dipahami bermuara pada kebebasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam bentuk implikasinya, seperti peserta didik tidak boleh dilarang dan dikekang apalagi dipaksa Dengan memberikannya pilihan tersebut anak didik semakin dinamis dan terbuka hal tersebut disebabkan karena Indra dan perasaannya membuka peluang dan ruang untuk berfikir, selalu dihargai, dan ditinggikan derajatnya sehingga anak semakin percaya diri mandiri, berani dan terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline