"The past is behind, the future before; but the present is here and now, and within the present lies the power to create the future." - Og Mandino
Arrival tayang tahun 2016. Film bergenre drama fiksi ilmiah garapan sutradara dan penulis Perancis – Kanada, Denis Villeneuve ini diadaptasi dari cerita pendek “Story of Your Life” karya Ted Chiang. Secara garis besar, Arrival mengisahkan tentang kedatangan alien ke bumi melalui perspektif yang berbeda dari film – film bergenre sejenis. Arrival tidak menggambarkan alien sebagai makhluk asing ambisius yang mendarat di bumi untuk melakukan invasi pemusnahan umat manusia dan menguasai sumber daya yang ada. Alien dalam film Arrival membawa misi. Tentu saja! Dan upaya mengungkapkan misi tersebut dirangkai secara memukau sepanjang 116 menit.
Cerita dimulai dari interaksi seorang wanita dengan bayi yang baru saja ia lahirkan. Dr. Louise Banks, ibu dari bayi tersebut merupakan seorang pakar linguistik yang diperankan oleh Amy Adams, aktris peraih dua kali Golden Globe. Banks, menjalani rutinitas seperti biasa hingga satu waktu terjadi keanehan. Seluruh stasiun berita menyiarkan tentang kemunculan dua belas entitas misterius di berbagai belahan dunia. Benda asing menyerupai batu berbentuk oval dan berwarna kelabu tersebut melayang di udara – menimbulkan hiruk pikuk, ketegangan dan kekhawatiran umat manusia. Di tengah kekacauan, kolonel senior Angkatan Darat Amerika Serikat menjemput Banks untuk membantu mencari tahu maksud dari kedatangan makhluk asing mengingat kapasitas Banks dalam memahami dan menginterpretasikan bahasa. Di pesawat yang membawanya ke wilayah padang rumput negara bagian Montana, ia berjumpa dengan Ian Donnelly, ahli fisika yang diperankan oleh Jeremy Renner.
Banks dan Donnelly memasuki pesawat ruang angkasa berbentuk batu tersebut, menemui dua alien dengan tampilan fisik menyerupai gurita raksasa di dalam semacam kotak akuarium yang dipenuhi kabut berwarna putih. Belakangan, alien tersebut disebut sebagai “heptapod”, merujuk pada tujuh tentakel yang mereka miliki. Agar terkesan lebih akrab, Donnelly menamai mereka Abbott dan Castello. “Heptapod” bersuara seperti erangan dan berkomunikasi dengan manusia melalui simbol yang dihasikan dari semprotan tentakel. Simbol tersebut berbentuk lingkaran dengan pola mirip akar tidak beraturan. Beberapa waktu, Banks merasa putus asa untuk menerjemahkan maksud dari simbol yang ditulis “heptapod”. Hingga pada akhirnya, secara perlahan terjadi kemajuan seiring dengan intensitas Banks berkomunikasi dan berinteraksi bersama Abbott dan Castello.
Film ini beralur lambat, cenderung hening dengan sinematografi yang seakan mengajak penonton berada di antara dunia nyata dan dunia mimpi. Tidak ada adegan kekerasan, tembak menembak ataupun luka berdarah – darah. Setidaknya saya menonton film ini dua kali sampai bisa memahami alur cerita dan pesan yang coba disampaikan. Lalu makna apa saja yang bisa diperolah dari film ini? Akan saya bahas, namun Disclaimer yaa!! Terdapat beberapa spoiler muncul di pembahasan nanti.
Asumsi dalam Komunikasi
Dalam proses interpretasi simbol, Banks akhirnya menemukan jawaban atas kedatangan makhluk asing ke bumi. Alien tersebut menawarkan “senjata”. Hanya saja, tidak serta merta Banks dapat memahami arti “senjata” sebagaimana dimaksud heptapod. Definisi “senjata” ini pun ditangkap secara beragam oleh para pemimpin dunia. Manusia menganggap kedatangan alien yang menawarkan “senjata” ditujukan untuk memecah belah umat manusia dan mengusik perdamaian dunia.
Banks akhirnya mampu mengungkap bahwa “senjata” yang dimaksud oleh makhluk asing ini ialah “Bahasa”, media berkomunikasi – bukan bermakna sebagai “alat” atau “teknologi” yang bersifat destruktif. Terjadi perbedaan pemaknaan terhadap kata “senjata”. Begitu pula, kecemasan umat manusia dan para pemimpin dunia atas kedatangan makhluk asing yang bahkan alasannya sama sekali belum diketahui. Alien tersebut tidak menyerang, tidak melakukan apapun yang mengarah kepada kerugian umat manusia. Akan tetapi, otak manusia yang sepanjang hidupnya merekam informasi bahwa makhluk asing merupakan sosok jahat dan mengerikan, secara terburu-buru menyimpulkan bahwa keberadaan mereka merupakan suatu ancaman.
Manusia tumbuh melalui pengasuhan. Selama itu, manusia dikenalkan dan ditanamkan tentang nilai – nilai kemanusiaan, tentang benar dan salah, tentang baik dan jahat, tentang pantas dan tidak pantas. Pengalaman dan pengetahuan tersebut membentuk karakter, sikap dan cara berfikir manusia. Begitu pula dengan bagaimana ia memandang dunia. Panca indera manusia melihat realitas melalui sensor yang dihasilkan dari otak.
Kisah India kuno “Orang Buta dan Gajah”, dapat memberikan kita gambaran tentang subjektivitas pemikiran manusia dalam memandang suatu objek. Lima orang buta, diberikan kesempatan untuk menyentuh bagian tubuh gajah, tetapi di bagian yang berbeda – beda satu sama lain. Orang yang memegang telinga, berpendapat bahwa gajah ia bayangkan berbentuk seperti daun lebar. Orang yang memegang perut, membayangkan gajah seperti dinding tetapi dengan tekstur lembut. Orang yang memegang kaki, membayangkan gajah seperti tiang. Orang yang memegang belalai, membayangkan gajah seperti ular. Begitu pula orang yang memegang gading, membayangkan gajah seperti sebuah tongkat. Kelima orang buta ini bersikukuh dan berdebat tentang bentuk gajah sesuai dengan apa yang telah mereka rasakan dan alami. Tidak ada yang salah dari kelimanya. Hanya saja mereka tidak menemukan kesepakatan tentang bentuk binatang gajah secara utuh.