Lihat ke Halaman Asli

Atik Muttaqin

Mom blogger

Tabayun Digital: Sebuah Usaha Guna Bijak Bermedia

Diperbarui: 5 Oktober 2017   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemarin tanggal 4 Oktober 2017 saya mendapatkan kesempatan untuk ikut sebuah forum literasi media yang digagas oleh Kemkominfo. Bertempat di Hotel Aryaduta Makassar forum literasi media ini mengambil tajuk Bijak Bermedia Sosial. Acara yang digagas oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika RI ini mengajak para blogger, media sosial enthusiasm, dan netizen pada umumnya untuk melek literasi media khususnya media digital.

Setiap peserta dibekali dengan buku panduan Saatnya Kita Melek Media yang diterbitkan oleh Kominfo bekerjasama dengan Pusat Studi Komunikasi, Media, dan Budaya Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Bandung.

Acara yang berlangsung sekitar 3 jam itu dimulai dengan pembukaan oleh pihak Kemkominfo dan dilanjut dengan dua pemateri yaitu Bapak Nukman Luthfie dan Prof. Henry Subiakto.

Materi pertama disampaikan oleh Bapak Nukman Luthfie selaku influencer di media sosial. Beliau menyampaikan materi dengan model Diskusi. Beliau sedikit memaparkan bagaimana kita memaksimalkan media sosial kita dengan bijak dan positif yang sesekali di sela dengan pertanyaan dari peserta. Diskusi berlangsung sangat hidup dan interaktif.

Materi berikutnya disampaikan oleh Prof Hendri Subiakto yang menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Bidang Hukum Kominfo. Lebih lanjut Prof Hendry mengatakan bahwa Indonesia memperoleh momentum pelemahan dengan datangnya era post truth. 

Era dimana setiap orang dengan "bebas" berkomunikasi di media sosial tanpa identitas dan terjadilah komunikasi tanpa norma dan etika. Hasilnya, hate speech dan hoax merajalela dan negara menjadi semakin lemah dalam komunikasi digital. Hal ini terlihat dalam fenomena konflik berdasar politik identitas yang semakin memanas setiap kali jelang pemilihan pilkada atau pemilihan umum presiden misalnya.

Kini, hoax dan ujaran kebencian telah menjadi bisnis dengan pangsa pasar yang luas. Masih banyak orang orang Indonesia yang doyan dengan hoax dan ujaran kebencian ini dan dengan sukarela menghabiskan kuota untuk menyebarluaskannya.

Bahkan sindikat pembuat berita hoax dan hate speech ini menjadi langganan pelaku politik untuk merekayasa berita di media sosial untuk perolehan suara yang sejatinya merusak makna demokrasi itu sendiri.

Mengenali Hoax

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk menangkal virus hoax di media sosial kita? Ada beberapa cara seperti yang dikemukakan oleh Prof. Hendry seperti:

1. Menciptakan kecemasan,kebencian, pengkultusan atau pemujaan berlebihan pada satu tokoh atau aliran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline