Hari itu, Ms. Hakaraia (New Zeland, 36, Single) sedang berada dalam kelas 10 Advanced, English Literature. Membahas sebuah novel yang sebenarnya gue sendiri baru baca up toBab 3. Yang seharusnya gue selesai sampai halaman 25. Akhirnya, pada opening testsebelum mulai kelas, gue membawa hasil nilai 0. Sebuah hal yang membuat kelas ini menarik adalah guru itu tersebut. Dia bisa dikata atheist, tapi tidak membawa orang berujung kepada hal itu. Dia tidak menarik viktim. Berhubung akhir-akhir ini gue suka filsafat metaphysics (theology) dan philosophy of mind, gue mulai melihat pertanyaan yang absurd maupun sesat -namun tidak menurut saya. Tapi ini cerita berbeda...
Pada hari ini, kelas Ms. Tess Hakaraia memberikan sebuah inspirasi besar untuk personal project yang saya harus selesaikan untuk meluluskan diri dari kurikulum IB. Yaitu, mengenai society and how average it is.
"Dividing society into 6 parts. 5% are very smart, 20% are penultimately smart, 25 % are okay smart, 25% are okay because to be here, you have to reach at least 100 IQ points. It means you graduate high school. 20 % aren't that good, 5% are ... sorry to say, stupid, but they have unique ideas. But what does society do? We wouldn't listen to the minority. We would only listen to the 50% of average majority. Society is being ruled by the average people. Now ask yourself, do you want to be average?"
Sesuatu yang membuat gue akhirnya terbangun pada pelajaran itu. Dia sebenarnya membuat sebuah statement point yang benar. Masyarakat telah di kontrol dengan kebanyakan orang rata-rata. Bukan hanya dari sisi IQ atau otak, tapi juga konsep pikiran dan perspektif atau pandangan terhadap hidup. Baik secara moral maupun non-moral seperti fashion dan lainnya. Banyak gue liat di tumblr, banyak teen girls, yang hipster dan anorexic hanya untuk fit in to the society. The society by means "the average 50% of the whole majority"
Dapat dikata, sebenarnya semua manusia, secara tidak disadari adalah orang yang munafik. Setiap hari bangun dari tempat tidur dan berdandan agar La Facade indah dan dapat menarik perhatian kumbang yang mencari bunga. Kita hanya bisa menjadi diri kita sendiri, hanya pada saat kita sendiri. Gue, bisa lepas penampilan dan bisa bebas jadi gue, hanya saat gue di kamar. Jujur, kalau keluar kamar, La Facade harus di pasang meski sedikit, di depan orang tua. Di depan mereka yang membesarkan saja sudah memasang 'topeng' dan di depan masyarakat, topeng itu semakin dieratkan oleh kita semua, sadar atau tidak.
Sekarang tanyalah pada dirimu sendiri. Apakah anda cukup berani untuk berdiri di sekerumunan orang yang duduk dan membawa tren baru yaitu berdiri melainkan duduk? Berbeda itu tidak apa. Kita lahir dengan hak asasi manusia, bebas dengan free willmanusia bernafas. Dari situ, kita bebas menjadi apa yang kita mau. Jadilah 20% dan 5% orang unik tadi. Jadilah mereka yang di pandang aneh, karena sesungguhnya, keanehan itu adalah sebuah poin plus untuk diri anda.
Berbedalah,
hiraukan apa kata masyarakat.
Ignore what the average people say. Be abnormal.
Salam damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H