P2M yang diadakan di Subang pada tanggal 10 November kemarin, dan ini adalah hal yang di balik layar yang diutarakan oleh salah satu anggota yang terlibat di dalamnya. Dalam kelompok besar, ada bagian tim yang bertugas sebagai penerjemah atau tranlasi, lebih tepatnya terhadap buku bergambar dalam bahasa Jepang. Buku bergambar tersebut dikenal sebagai Ehon (; )
Menerjemahkan itu ternyata ada kendalanya tersendiri. Bukan hanya masalah bahasanya yang berbeda, tetapi pencocokannya dengan bahasa ibu (dalam hal ini, bahasa Indonesia). Karena ada beberapa kosakata yang hanya ada di bahasa Jepang, namun tidak ada di bahasa Indonesia, begitupun sebaliknya.
Kendala lainnya sebagai penerjemah buku teks adalah bagaimana cara menyambungkan kata-perkata yang sudah diartikan menjadi kalimat yang utuh, karena seringkali walaupun artinya sudah pasti itu, tetapi ada konteks khusus yang bisa menyebabkan maksud dari kalimat tersebut bisa berbeda.
Contoh sederhananya adalah hara ga tatsu yang dalam bahasa Jepang jika diartikan secara bahasa (ke bahasa Indonesia) artinya perut naik. Tetapi, menurut konteksnya, ini adalah kosakata yang digunakan untuk mengatakan:" (sesuatu/seseorang/suatu hal) membuatku kesal". Ini ada dalam konteks khusus yang ada dalam bahasa Jepang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H