Lihat ke Halaman Asli

Athika Utami

Penulis Amatir

Serangan Rusia terhadap Ukraina dan Dampak yang Terjadi

Diperbarui: 11 Juli 2022   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto : Kompas.com (https://images.app.goo.gl/maYnPUDyfVjdt4Ww7)

Invasi Rusia mengubah total hampir seluruh kehidupan masyarakat Ukraina. Saat ini, keamanan adalah prioritas yang utama. Sebagian warga sedikit beruntung karena dapat mengungsi ke daerah lain yang tidak terjadi konflik bersenjata. Bagi yang kurang beruntung, mereka harus mencari tempat perlindungan yang dirasa aman, seperti di bunker dan stasiun bawah tanah. Tenda-tenda, kasur busa, dan koper memadati sudut-sudut stasiun bawah tanah. Mulai anak-anak, orang dewasa, bahkan manula memadati sudut-sudut stasiun. Hanya untuk beristirahat saja mereka harus rela bergiliran tidur dibangku kayu karena terbatasnya ruang. Anak-anak hanya bisa bermain di dalam stasiun, sementara para orang tua hanya bisa duduk melamun. Mereka merasa tertekan dan ketakutan, pikiran diliputi rasa stres. Tidak ada yang bisa menjamin mereka masih hidup pada esok hari. Juga tidak ada yang tahu kapan perang ini berakhir. Yang mereka harapkan hanya perdamaian segera datang.

Keindahan Ibu kota Kiev sebagai pusat negara dan kota terbesarnya, serta kota-kota lainnya sudah tidak dapat dinikmati lagi. Hampir semua bangunan rusak akibat serbuan tentara Rusia. Bahkan museum sebagai peninggalan sejarah Ukraina hancur tak tersisa. Identitas dan peradaban yang telah dimiliki Ukraina tentu juga ikut 'rusak' akibat serangan ini.

Ukraina, dengan lahan pertaniannya yang luas dan subur, telah lama menjadi pusat cadangan biji-bijian dunia dan tetap menjadi salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia. Lahan pertanian menempati 70% wilayah Ukraina. Oleh karena itu, perang juga berdampak negatif pada pasar pertanian Ukraina. Pertanian adalah sumber utama ekspor Ukraina. Pertanian di negara ini meliputi jagung, gandum, barley, kacang-kacangan, buah-buahan, kentang, bunga matahari dan rumput. Tentunya hal ini juga berdampak terhadap kebutuhan negara-negara lainnya yang sebelum serangan Rusia telah melakukan kerjasama ekspor impor di bidang tersebut.

Media memiliki porsi dalam 'perperangan' yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini. Dalam webinar berjudul "Recent Condition in Ukraine : An Update with The Ukrainian Ambassador" yang diselenggarakan secara hybrid oleh FISIP Universitas Airlangga pada tanggal 10 Maret 2022 dan dihadiri oleh Dubes Ukraina untuk Indonesia, Dr. Vasyl Hamianin sebagai narasumber menyatakan bahwa kita sebagai anak muda harus berhati-berhati dan lebih tajam menganalisis berita-berita yang tersebar di media manapun, sebab propaganda dan misinformasi yang dilakukan media terkait serangan ini sangatlah luar biasa terjadi dimana-mana. Propaganda dapat memberikan perspektif tertentu terhadap kedua negara yang tentunya hanya menguntungkan salah satu negara saja. Mesin-mesin propaganda Presiden Rusia Putin dalam memanfaatkan media sosial bertujuan merontokkan moral Ukraina dan melontarkan popularitas Presiden Rusia sendiri di mata masyarakat Ukraina (Antarnews.com). Misalkan seperti meme foto dan video yang tersebar di sosial media dimana menyandingkan background presiden Rusia dan Ukraina yang dinarasikan menunjukkan bahwa presiden Ukraina ditampilkan sebagai sosok yang kurang kompeten dalam memimpin negaranya. Selain itu, penyebaran informasi yang misleading terkait alasan serangan yang terjadi dimana banyak sekali versi yang bermunculan, kemudian bagaimana dukungan dan respon negara besar lainnya dalam membantu Ukraina menghadapi serangan Ukraina diredaksikan dan kemudian disebarkan sedemikian rupa sehingga menimbulkan kebingungan terhadap mana pihak yang benar dan salah dan tentunya juga menimbulkan "ketakutan" terutama pada pihak masyarakat Ukraina itu sendiri.

Pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang berjanji untuk melindungi warga sipil sebagai korban perang, dianggap warga Ukraina hanyalah omong kosong. Dampak pasca perang dikhawatirkan lebih mengerikan. Warga yang terdampak perang sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Tempat tinggal, usaha, pekerjaan hangus dilahap api perang. Untuk bangkit dan memulai lagi dari awal tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tatanan ekonomi Negara rusak, fasilitas publik serta sarana pendukung aktivitas sudah hancur. Satu-satunya harapan mereka adalah bantuan dari Negara lain untuk dapat memulihkan Negara mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline