Lihat ke Halaman Asli

Tafsir Mimpi dan Bahasa Burung

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_228597" align="alignnone" width="500" caption="Lukisan Frances Knueppel dari www.robertgenn.com"][/caption]

Suatu malam dalam lelapku,

Aku tahu aku nyaris mati, begitu nyata saat

Ajal mendekatkan wajahnya pada wajahku,

Bacinnya anyir menusuk hidung, tatap gelapnya mengancam:

“Kau dan aku, perjanjian ini belum usai,

Aku akan menunggumu”. Dengan keloneng lonceng

Dan hawa dingin yang menusuk tulang ia berlalu.

Sontak mataku nanar membuka, terjaga sungguh

Dengan dahi yang anyep oleh peluh.

Untungnya, lamat-lamat kudengar

Burung-burung di luar jendelaku ramai

Bercakap di pagi itu, dan mentari terang menyuar,

Larik keemasan sinarnya mengintip dari luar.

Dan aku tiba-tiba mahir menafsirkan

Mimpi buruk dan bahasa burung: Ajal adalah karib

Dari hidup, yang satu ujung, yang satu tepi.

Tak ada yang akhir, sebagaimana tak ada awal.

Bahkan rasa takutmu pun percuma, ini semata

Kepulangan. Sedangkan burung-burung itu mewarta:

Pagi adalah sapa dari kehidupan, keberlangsungan. Dan

Duniapun kembali dilahirkan, dengan harapan dan kemungkinan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline