Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Budaya Patriarki Terhadap Pelecehan Seksual

Diperbarui: 29 April 2021   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengenai pelecehan seksual. (sumber : AyoYogya.com)

Kasus pelecehan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Bahkan bisa dikatakan bahwa pelecehan sudah menjadi budaya dan menyatu dengan keseharian masyarakat Indonesia. Kondisi ini tentu sangat membuat perempuan selalu menjadi was-was dan gelisah. Perempuan seperti dituntut oleh keadaan untuk bersikap maupun berpenampilan sesuai dengan apa yang membuatnya tidak menjadi alasan pelaku melakukan tindakan tersebut.

Pelecehan seksual terhadap perempuan masih menjadi fenomena bungkam di Indonesia. Artinya, dalam kondisi yang sebenarnya perempuan di Indonesia mengalami kehidupan yang tak aman. Apabila setiap tahun kecenderungan kekerasan terhadap perempuan terus meningkat, maka hal tersebut menunjukkan belum adanya perlindungan yang efisien terhadap perempuan. Bahkan dapat dikatakan, pelecehan terhadap perempuan menjadi budaya yang menguat di kalangan masyarakat.

Dengan banyaknya kasus pelecehan dari tahun ke tahun membuktikan secara jelas bahwa masih banyak yang tidak mengerti apa saja yang termasuk ke dalam pelecehan seksual. Mereka juga kerap berfikir bahwa apa yang dilakukannya tidak menimbulkan dampak atau permasalahan besar bagi korban.

Baca: Patriarki Juga Merugikan Laki-laki, Lho!

Pengetahuan masyarakat mengenai consent dan pelecehan seksual masih tergolong rendah. Kita sendiri mungkin pernah melihat atau bahkan melakukan perbuatan yang terkategori pelecehan, misalnya seperti menggoda seseorang dengan bersiul atau disebut juga dengan cat-calling, suatu hal yang tampaknya sepele bukan?

Mengenal Budaya Patriarki

Di Indonesia hubungan antara laki-laki dan perempuan masih didominasi dan dipengaruhi dengan ideologi gender yang menumbuhkan budaya yang bernama budaya patriarki. Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan mendesak terjadinya kesenjangan serta ketidakadilan gender, yang pengaruhi bermacam bidang serta aspek aktiiftas manusia. Sehingga posisi serta peranan laki-laki mempunyai pernanan yang lebih besar serta dominan dibanding posisi perempuan.

Perempuan juga dikelilingi dengan banyaknya peraturan yang membelenggu dan membatasi ruang gerak aktifitas perempuan, sehingga tidak jarang adanya budaya patriarki mendorong terjadinya perbuatan yang tidak menyenangkan seperti pelecehan seksual. Inilah penyebab sering terjadinya pelecehan seksual.

Apa Pengaruhnya?

Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO), "Pelecehan seksual berkaitan erat dengan kekuasaan dan sering terjadi dalam masyarakat yang memperlakukan perempuan sebagai objek seks dan warga kelas dua." 

Sebuah contoh umum mengenai hal ini adalah ketika perempuan diminta untuk melakukan perbuatan seksual dengan imbalan akan diberikan pekerjaan, promosi, atau kenaikan gaji. Contoh lain adalah pelecehan yang terjadi di jalan, yaitu dapat berupa siulan, komentar atau isyarat yang tidak diinginkan, bahasa kasar serta tidak sopan, bahkan pemerkosaan.

Permasalahan ini menjadikan laki-laki memandang perempuan cuma sebatas objek saja. Perempuan dianggap objek yang bisa digoda, sebaliknya laki-laki dianggap sebagai penggoda. 

Pakaian perempuan terkadang dijadikan alibi atau kambing hitam untuk membetulkan aksi pelecehan seksual itu sendiri. Padahal tak sedikit juga laki-laki memakai pakaian yang "kurang" daripada perempuan. Seharusnya, perempuan juga bisa bebas berpakaian sesuai yang ia mau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline