Dalam dunia wirausaha, kesuksesan bukanlah sesuatu yang datang dengan mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi, dan tak sedikit dari kita yang harus bekerja keras melawan arus untuk bertahan. Inilah kisah inspiratif Ibu Atik Srihartati, seorang pengusaha ayam broiler yang telah berjuang sejak tahun 1995 hingga kini, membuktikan bahwa ketekunan dan kerja keras dapat mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Ibu Atik memulai usaha ternak ayam broiler sejak lama, tepatnya saat ia masih bersama mendiang suaminya. Setelah suaminya wafat, ia harus mengambil keputusan berat, yaitu melanjutkan usaha ini sendirian.
Dengan penuh keyakinan, Ibu Atik melanjutkan usaha tersebut, meskipun hanya dengan satu kandang yang berkapasitas sekitar 20.000 ekor ayam. Ia bahkan mampu meningkatkan kapasitas kandangnya hingga 24.000 ekor tergantung dari kondisi pemeliharaan ayam pada periode tertentu. Salah satu inovasi yang dilakukan Ibu Atik adalah dengan mengubah kandangnya menjadi sistem *closed house*, sebuah kandang tertutup yang dilengkapi dengan blower. Sistem ini sangat membantu dalam menjaga suhu dan kelembapan di dalam kandang, terutama saat musim hujan tiba. Blower ini menjaga ayam tetap nyaman dan mengurangi risiko penyakit pernapasan yang sering terjadi akibat kelembapan berlebih.
Namun, meski teknologi tersebut cukup membantu, Ibu Atik tetap harus menghadapi tantangan yang tak mudah. Musim hujan tetap menjadi ancaman karena kelembapan yang tinggi dapat meningkatkan kadar amonia, mengganggu pertumbuhan ayam. Usaha ayam broiler ini bukan hanya soal keuntungan materi bagi Ibu Atik, tapi juga soal dedikasi dan tanggung jawab. Ibu Atik memperlakukan ayam-ayamnya dengan perhatian penuh, layaknya merawat anak kecil. Dari mulai datang sebagai DOC (Day-Old Chicken), ayam-ayam tersebut harus dipastikan dalam kondisi hangat dan terlindungi selama dua minggu pertama. Jika ada masalah kesehatan, Ibu Atik tidak segan-segan memanggil dokter hewan untuk memastikan ayam-ayamnya mendapat perawatan terbaik.
Menjalankan usaha ini bukanlah perkara mudah. Dengan biaya operasional yang besar, sekitar 40 juta rupiah setiap periode pemeliharaan, Ibu Atik harus cermat dalam mengelola keuangannya. Dengan kerjasama bersama PT yang menyediakan pakan, DOC, dan kebutuhan lainnya, Ibu Atik dapat fokus pada pemeliharaan tanpa harus khawatir akan fluktuasi harga pasar. Meskipun demikian, keuntungan yang diharapkan tidak selalu bisa maksimal, terutama saat cuaca tak mendukung atau ada kendala kesehatan pada ayam. Namun, Ibu Atik tetap tegar. Baginya, usaha ini bukan hanya soal mencari untung, tapi juga sebagai warisan mendiang suaminya dan cara untuk menghidupi keluarganya.
Ia melanjutkan usaha ini karena kecintaannya pada ternak ayam, yang meski tampak sederhana, tetap memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus agar berhasil. Kisah Ibu Atik adalah bukti nyata bahwa usaha keras, ketekunan, dan inovasi bisa mengatasi banyak rintangan. Meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan, dari perubahan cuaca hingga biaya operasional yang besar, Ibu Atik tetap teguh menjalani usahanya. Usaha ternak ayam broiler ini bukan sekadar bisnis bagi Ibu Atik, tetapi juga jalan hidup yang telah ia pilih dengan penuh keyakinan dan dedikasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H