Lihat ke Halaman Asli

Dicari Gubernur Banten yang Bukan Sekedar Populer!

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_131666" align="alignleft" width="300" caption="Sumber : Kompas.com"][/caption] Oleh : Atep Afia Hidayat - Tanggal 22 Oktober 2011 Provinsi Banten akan menggelar pemilihan gubernur dan wakil gubernur (Pilgub) periode 2011 – 2016. Diikuti oleh tiga pasangan kandidat, yaitu Ratu Atur Chosiyah – Rano Karno (diusung Golkar, PDIP dan belasan Parpol lainnya); Wahidin Halim – Irma Narulita (diusung Partai Demokrat); dan Jazuli Juwaini – Makmun Muzzaki (diusung PKS, PPP dan beberapa Parol lain). Dengan memperhatikan komposisi seperti itu, orang yang bukan pengamat politik sekalipun sudah bisa menduga, siapa yang memeliki elektabilitas dan populeritas tertinggi, sehingga berpeluang paling besar dalam memenangkan Pilgub.

[caption id="attachment_131667" align="alignleft" width="300" caption="Sumber : "][/caption] Menjadi gubernur dan wakil gubernur jelas sangat tidak mudah. Gubernur dan wakil gubernur adalah kepala daerah yang bertaanggung-jawab terhadap masa kini dan masa depan kesejahteraan warga daerah tersebut. Saat ini jumlah penduduk Banten mencapai 10,54 juta jiwa (hasil Sensus Penduduk 2010), menempati peringkat ke lima di Indonesia setelah Jawa Barat (43,02 juta) , Jawa Timur (37,47 juta), Jawa Tengah (32,28 juta) dan Sumatera Utara (12,98 juta). Ternyata meskipun berusia relatif masih muda (berdiri resmi mulai 4 Oktober 2000), namun dalam segi jumlah penduduk sudah menempati lima besar di Indonesia.

Gubernur dan wakil gubernur terpilih “wajib” mensejahterakan lebih dari 10 juta warga Banten. Berbagai parameter seperti pendapatan per kapita, indeks pembangunan manusia, tingkat harapan hidup, tingkat pendidikan, kualitas kesehatan, dan sebagainya perlu mendapat perhatian lebih serius. Bukan sekedar dipahami sebagai angka-angka statistik yang bersifat statis.

[caption id="attachment_131668" align="alignleft" width="300" caption="Sumber : bantenpost.com"][/caption] Data versi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menunjukkan, jumlah penduduk miskin di Banten (posisi Maret 2010), masih mencapai lebih dari 750 ribu orang (lebih dari 7 persen penduduk Banten). Sedangkan angka pengangguran terbuka (APT) di Banten saat ini mencapai hampir 700.000 orang. Tingginya angka tersebut terutama disebabkan laju urbanisasi yang tinggi di sentra-sentra industri.

Kemiskinan dan penangguran merupakan “pekerjaan rumah” paling penting bagi gubernur dan wakil gubernur terpilih. Lantas, langkah apa saja yang bakal diterapkan sebagai solusi untuk persoalan tersebut. Tentu saja buka sekedar tingkat elektabilitas dan populeritas yang diperlukan, namun faktor-faktor seperti kapabilitas. kreativitas dan koneksivitas jauh lebih penting.

Gubernur dan wakil gubernur terpilih harus memiliki kapabilitas sebagai pemimpin sekaligus manajer. Kapabilitas yang diperlukan untuk menduduki jabatan gubernur misalnya, berbeda dengan kapabilitas seorang walikota atau anggota DPR.

Menyangkut kreativitas jelas sangat penting. Terpuruknya pembangunan dan kondisi di sebagian daerah di Indonesia, antara lain karena kepala daerah tidak kreatif dan inovatif. Berbeda dengan kepala daerah yang begitu kreatif, cenderung membuat terobosan-terobosan baik menyangkut administrasi pemerintahan maupun ekonomi regional.

Faktor koneksivitas yang kuat perlu dimiliki oleh seorang kepala daerah, baik koneksi (networking) ke pusat, daerah lain, dunia usaha dan luar negeri. Untuk mengembangkan beragam potensi daerah tidak bisa dilakukan sendiri, namun perlu mendapatkan bantuan pihak lain baik menyangkut modal, teknologi maupun sumberdaya manusia. Banten memiliki kekayaan sumberdaya alam yang luar biasa, mulai dari pariwisata, pertanian, perkebunan, pertambangan dan energy, pengelolaannya dengan tujuan menciptakan dan kemakmuran masyarakat, jelas perlu pendapat dukungan berbagai pihak.

Nah, ternyata gubernur dan wakil gubernur yang terpilih bukan sekedar memiliki tingkat elektabilitas dan populeritas yang tinggi. Buat apa populer dan banyak dukungan kalau dalam periode pemerintahannya tidak berbuat banyak, bahkan hanya sekedar tebar pesona ke sana ke mari, atau hanya duduk manis di kursi gubernur. (Atep Afia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline