Lihat ke Halaman Asli

Wabup Garut Dicky Chandra Mundur. Akan Berpasangan dengan Dede Yusuf dalam Pilgub Jabar 2013 ?

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_130742" align="alignleft" width="150" caption="sumber : koranbogor.com"][/caption] [caption id="attachment_130743" align="alignleft" width="150" caption="sumber : www.metrotvnews.com"][/caption] Oleh : Atep Afia Hidayat - Rencana mundurnya Dicky Chandra dari jabatannya sebagai Wakil Bupati (Wabup) Garut, Jawa Barat menjadi topik yang nge-trend (trending topic) saat ini. Sejauh ini Dicky telah memberikan pembelajaran yang sangat penting bagi sistem pemerintahan serta pejabat pusat dan daerah di seluruh Indonesia.

Dicky yang sudah menjabat selama dua tahun delapan bulan, bersama Aceng HM Fikri (Bupati), terpilih sebagai pasangan Bupati-Wabub Kabupaten Garut dari jalur independen (non partai), yang berlangsung akhir Desember 2008, melalui Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dua putaran. Bersama Aceng, Dicky meraih 57 persen suara, mengalahkan kandidat yang diusung Partai Golkar dan PDIP, Rudi Gunawan – Oim Abdurohim, yang hanya memperoleh 42 persen suara.

Peristiwa rencana pengunduran Dicky merupakan fenomena yang langka di salah satu negara demokrasi terbesar di dunia ini. Terlebih dengan status sebelumnya yang disandang Dicky, yaitu aktor dan model, tentu saja hal ini mendapat sorotan dan pemberitaan yang luas, baik di Garut, Jawa Barat, bahkan di seluruh Indonesia. Rencana mundurnya pria kelahiran Tasikmalaya tersebut, segera mendapat komentar dan reaksi dari berbagai kalangan, termasuk Gubernur Jawa Barat dan Kementerian Dalam Negeri.

Terlepas dari apapun hal yang menjadi alasan rencana mundurnya Dicky, terdapat beberapa poin penting yang dapat menjadi bahan pembelajaran bagi jagat demokrasi di Indonesia.

Pertama, Dicky telah merintis berkembangnya budaya mundur dalam sistem birokrasi di Indonesia. Bisa dikatakan dapat dihitung dengan jari adanya kasus pejabat, baik di pusat maupun di daerah, yang dengan sukarela mengundurkan diri.

Kedua, Dicky telah merintis budaya “jujur” dan “terus terang”. Sebagaimana dikutip Gatra.com, Dicky mengatakan, bahwa dirinya tidak memiliki banyak pengalaman sebagai wakil bupati, dan harus sadar diri tidak mampu membantu bupati.Dia merasa terlalu banyak kelemahan dari sisi pengalaman. Saat berbagai cerita dengan Metrotvnews.com, Dicky mengungkapkan, bahwa salah satu bukti dirinya adalah pemimpin yang gagal, tidak lagi kompeten sebagai seorang pemimpin, maka dia mundur.

Dari berbagai kutipan media cetak, televisi dan online sepertinya Dicky Chandra “merasa” tidak mampu. Padahal sejatinya belum tentu demikian, hal itu dibuktikan dengan berkembang pesatnya sektor usaha kecil menengah (UKM) dan pariwisata di Garut, yang tidak terlepas dari sentuhan Dicky.

Ada juga kalangan yang mensinyalir rencana mundur Dicky dari jabatannya, disebabkan ketidak-harmonisan dengan Bupati. Sebagai orang nomor dua di Pemda Garut, upaya dan kreativitas Dicky seperti terbelenggu. Hal ini mengingatkan saat Jusuf Kala (JK) menjadi Wakil Presiden. JK yang cerdas dan energik tidak bisa optimal dalam menjalankan tugasnya, mengingat posisinya hanya menjadi orang nomor dua.

Ada juga analisis yang menyatakan posisi politik Dicky memang lemah, terutama karena tidak memiliki kekuatan di parlemen (DPRD Garut). Apapun yang dilakukan Dicky bersama Aceng, tentu saja akan selalu dikritisi oleh lawan-lawan politiknya.

Hari Sabtu, 9 September 2011, Dicky telah didengar pendapatnya mengenai rencana pengunduran dirinya oleh DPRD Garut. Sebagaimana dikutip Poskota.co.id, dalam kesempatan itu Dicky mengajukan tiga syarat permintaan, yaitu kejelasan mengenai tugas dan wewenang Bupati/Wakil Bupati; Pemahaman lebih baik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; serta Terakhir terobosan menghasilkan kebijakan populis. Namun Ketua dan anggota DPRD Kabupaten Garut sama sekali tidak mengabulkan hal itu.

Banyak kalangan yang menyesalkan rencana pengunduran diri Dicky, baik yang ada di Garut maupun di luar Garut.Sebagai contoh, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Garut dan ormas Islam dari Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan SII, sempat menyampaikan dukungan dan memintai supaya Dicky tidak mundur. Sebagian PNS pun menangisi rencana pengunduran diri Dicky. Hal itu tak heran karena Dicky sangat dekat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Garut.

Apa yang ditempuh Dicky merupakan bagian dari improvisasinya sebagai politisi. Apa sebenarnya ada di benak dan pikiran Dicky, tidak banyak yang mengetahuinya. Masyarakat dan pengamat hanya bisa memberikan perkiraan dan dugaan-dugaan, seperti jangan-jangan langkah tersebut merupakan strategi Dicky untuk “memuluskan” jalan dalam pertarungan pemilihan Gubernur Jawa Barat, awal 2013 mendatang.

Dede Yusuf sebagai salah satu kandidat Gubernur Jawa Barat, ternyata belum mendapat pasangan. Nah, siapa tahu dua mantan aktor yang memiliki populeritas dan elektabilitas tinggi ini berkolaborasi. Kalau hal itu terjadi, pasangan Dede-Dicky (2D) akan sulit dikalahkan.

Terlepas dari beragam spekulasi yang beredar di masyarakat, bagaimanapun selain sebagai birokrat dan politisi, Dicky adalah mantan aktor. Skenario apa yang akan dilakukan untuk episode kehidupan berikutnya, tentu sudah direncanakan secara matang. Tentu saja sudah banyak pihak yang siap merangkul Dicky, tak kurang dari Entis Sutisna, komedian yang sedang berada dipuncak ketenaran dengan nama ngetop Sule (pemain OVJ), ternyata sudah siap membantu Dicky. (Atep Afia).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline