Lihat ke Halaman Asli

Komodo Bersiap Menyaingi Bali

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_143351" align="alignleft" width="400" caption="diskominfo.nttprov.go.id"][/caption] Oleh : Atep Afia Hidayat - Kabar yang menggembirakan bagi Bangsa Indonesia, ternyata Taman Nasional Komodo (TNK) terpilih sebagai salah satu dari “ Tujuh Keajaiban Alam Dunia” versi New 7 Wonders Foundation (N7WF). Selain TNK, keajaiban alam dunia lainnya yang masuk adalah hutan Amazon (Brasil), Pantai Halong Bay (Vietnam), air terjun Iguazu Falls, Jeju Island (Korea Selatan), sungai bawah tanah Puerto Princesa (Philipina), dan Table Mountain (Afrika Selatan). Masing-masing memeiliki keunikan dan ke-eksotik-an tersendiri.

Sebagai konsekuensi langsung dari kemenangan tersebut, jelas nama Komodo naik daun, menjadi begitu popular. Sebagai gambaran, dengan menggunakan mesin pencari (search engine) Google, dengan kata kunci “Komodo”, saat ini ditemukan 32.200.000 hits. Komodo makin mendunia, karena sebelumnya juga sudah dikenal sebagai Warisan Alam Dunia yang wajib dilestarikan.

Sebenarnya ada tiga aspek mengenai komodo, yang pertama ialah nama pulau sebagai habitat komodo, yaitu Pulau Komodo; Kedua menyangkut komodo sebagai nama hewan, atau lebih lengkapnya biawak komodo (Varanus komodoensis Ouwens). Komodo tidak hanya menghuni Pulau Komodo, tetapi juga ada di pulau-pulau sekitarnya, seperti Pulau Rinca, Pulau Gilimotang, Gilidasami; Ketiga, ternyata Komodo adalah nama sebuah Kecamatan. Secara administratif, pulau-pulau tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusatenggara Timur (NTT). Letaknya berada di ujung barat NTT berbatasan dengan Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kenapa TNK bisa terpilih sebagai “ Tujuh Keajaiban Alam Dunia” ? Hal ini tidak terlepas dari keunikan hewan komodo. Reptilia raksasa yang oleh penduduk setempat disebut ora ini sudah jadi ikon pariwisata Manggarai Barat dan NTT, bahkan dijadikan maskotSea Games 2011 di Jakarta, yang dikenal sebagai Modo dan Modi. Menurut catatan Wikipedia, komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu TNK.

Komodo menjadi incaran para pengelola kebun binatang terkenal di berbagai kota di dunia. Tampilan komodo yang eksotik, unik, kalm, namun begitu agresif, menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Apalagi dengan adanya catatan yang menunjukkan, bahwa hewan ini sudah ada sejak Zaman Pleistosan (suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung antara 1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu). Selain itu komodo sering disejajarkan dengan naga yang hidup dalam berbagai mitologi kuno, bahkan ada juga yang menyebutkan bahwa komodo sebagai dinosaurus terakhir di dunia. Saat ini jumlah komodo di TNK diperkirakan masih sekitar 2.500, sekitar 1.300 di antaranya berada di Pulau Komodo.

TNK sendiri meliputi tiga pulau besar Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Luas daratan TNK mencapai 603 kilo meter persegi ( hampir sama dengan luas Kota Jakarta), sedangkan kalau digabungan dengan perairan mencapai 1.817 km². TNK didirikan tahun 1980, dengan tujuan utama untuk melindungi komodo dan habitatnya. Selain komodo, di TNK terdapat 277 spesies hewan yang meliputi 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Untuk menghindariancaman kepunahan, maka 25 spesies hewan dilindungi.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofyan Wanandi (dalam Kompas.com), bahwa masuknya komodo sebagai salah satu keajaiban dunia dalam New 7 Wonders membuat nama Pulau Komodo, habitatnya, diprediksi akan meroket. Para pengusaha pun melihat peluang bisnis besar di pulau tersebut. Tanggapan pengusaha sangat positif. Asalkan ada untung, enggak usah disuruh lagi mereka sudah pasti ke sana.

Sofyan menjelaskan, investasi yang akan ditanamkan para pengusaha diprediksi tidak akan memakan waktu lama. Pasalnya, sebagian pengusaha yang tertarik menanamkan modalnya di NTT memiliki basis bisnis di Bali ataupun Lombok (NTB). Dalam waktu dekat, para pengusaha yang tergabung dalam Apindo akan segera melakukan pertemuan dengan pihat terkait, termasuk pemerintah daerah (Pemda). Pertemuan itu untuk membuat perencanaan pengembangan destinasi wisata ke Pulau Komodo yang diprediksi melonjak setelah masuk dalam keajaiban dunia. Menurut Sofyan, perancanaan bisa dimulai dengan memikirkan bentuk pariwisata apa yang tepat untuk komodo. Sisi eksklusivitas wisata komodo tetap harus dijaga mengingat ini merupakan hewan yang langka dan berada di wilayah konservasi.

Ya, TNK akan menjadi idola baru dalam kepariwisataan di Indonesia. Bukan hanya itu, TNK diprediksi bakal mengangkat sektor pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat, bahkan bisa saja akan mengikuti Bali dan Lombok yang sudah terlebih dahulu go international.

Menurut Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda), Kabupaten Manggarai Barat, Rafael Harhad (dalam Medanbisnisdaily.com), kabupaten yang berlokasi di ujung barat Pulau Flores ini memiliki puluhan objek wisata dan atraksi wisata menarik. Sayang, keterbatasan kemampuan keuangan daerah memaksa objek dan atraksi wisata itu masih “menggigil kedinginan” menanti kehadiran wisatawan. Padahal, dengan sedikit saja polesan “gincu pariwisata,” potensi-potensi yang ada itu sejatinya sangat layak dijual kepada wisatawan mancanegara maupun domestik.

Nah, dengan masuknya TNK ke dalam “Tujuh Keajaiban Alam Dunia”, maka dalam satu atau dua dekade mendatang, sektor pariwisata akan menjadi primadona di kawasan ini. Fenomena ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Buat apa investasi melonjak, infrastruktur dibangun, turis manca Negara datang berbondong-bondong, namun masyarakat setempat hanya menjadi penonton, bahkan terpinggirkan. (Atep Afia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline