Lihat ke Halaman Asli

Khasiat Mengkudu Memang “Ajib”

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : Atep Afia Hidayat - Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tanaman asli Indonesia. Namanya kini mulai mendunia, terutama setelah ditemukannya beragam senyawa kimia yang dikandungnya, dan terbukti berkhasiat obat (fitofarmaka) yang dapat mengatasi berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat. Mengkudu di Jawa Barat dikenal dengan nama nagkudu, biasanya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Populasinya antara lain tersebar di sebagian Kabupaten Bandung, Cianjur, Bogor, Sukabumi, Garut, Tasikmalaya, Sumedang, bagian tengah Jawa Barat, dan Pantura. Selain tumbuh dengan cara dibudidayakan di pekarangan dan halaman rumah, mengkudu juga tumbuh secara liar di tepi pantai dan di hutan. Ciri-ciri (morfologi) mengkudu ialah pohon yang ketinggiannya dapat mencapai 8 meter, bercabang banyak, daun tersusun secara berhadapan, dengan tangkai daun yang pendek, lebar, tebal dan mengkilap, bunga berwarna putih, berbau wangi, tersusun dalam karangan bunga bongkol yang terdapat pada ketiak daun; buahnya berupa buah buni majemuk, bentuknya bulat sampai bulat telur, dengan permukaan berbenjol-benjol, buah yang masak berwarna kuning keruh dan banyak mengandung air, baunya menyengat dan tidak sedap, bijinya banyak bentuknya bulat memanjang dan berwarna coklat kemerahan (Lembaga Biologi Nasional 1980). Pemanfaatan mengkudu untuk pengobatan tradisional sudah dilakukan sejak lama. Di beberapa Desa di Kabupaten Garut, masyarakat setempat memanfaatkan buah mengkudu untuk peluruh air seni dan penurun tekanan darah tinggi, daunnya untuk mengobati mulas-mulas, kolik dan bahan pencahar, akarnya untuk peluruh air seni dan pencahar. Untuk mengatasi tekanan darah tinggi, resep pengobatan tradisional yang bisa digunakan, buah mengkudu dibuang bijinya, ditumbuk jadi satu dengan mentimun, kemudian dua kali sehari. Untuk mengatasi abses hati, kulit mengkudu dicampur dengan temulawak, lempuyang, alang-alang, dan jahe, ditumbuk sampai halus, diberi air panas, disaring, kemudian dicampur gula aren, dan diminum dua kali sehari. Khasiat mengkudu menjadi dasar pengobatan tradisional di Hawaii. Di kepulauan yang menjadi salah satu Negara bagian Amerika Serikat tersebut, mengkudu dikenal sebagai buah noni, yang memiliki khasiat luar biasa sehingga memperoleh julukan The Hawaii Magic Plant. Beberapa penyakit yang diyakini masyarakat setempat dapat disembuhkan oleh buah mengkudu ialah tekanan darah tinggi, kejang, gangguan menstruasi, arthritis, radang lambung, luka, depresi mental, senilitas, kurang nafsu makan, atherosclerosis, gangguan saluran darah, meredakan rasa sakit, dan ketergantungan obat (Winarno, 2000). Jika semula khasiat buah mengkudu hanya menjadi keyakinan kelompok masyarakat tertentu, yang diperoleh melalui pengalaman atau tradisi. Hal itu merupakan kebenaran non-ilmiah, artinya diperoleh melalui penemuan dengan trial dan error, secara kebetulan, atau melalui spekulasi. Dalam perkembangannya, khasiat buah mengkudu bisa dibuktikan secara ilmiah, yaitu melalui penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Penelitian menyangkut khasiat buah mengkudu sudah banyak di lakukan. Penelitian dasar sudah berhasil mengungkapkan beragam zat atau senyawa kimia yang terkandung dalam buah mengkudu. Kemudian, penelitian terapan menggali peran setiap zat atau senyawa tersebut, terutama dalam kaitannya dengan metabolisme tubuh dan kesehatan manusia. Berbagai khasiat tradisional mengkudu mengalami perkembangan menjadi khasiat modern, terutama dengan ditemukannya berbagai senyawa kimia pada bagian-bagian tanaman. Para ilmuwan di Eropa dan Amerika Serikat, aktif melakukan penelitian, penulisan dan publikasi mengenai mengkudu sejak tahun 1960. Pada tahun 1972, Dr.Ralps Heinicke berhasil menemukan senyawa alkaloid dan pemicunya (precursor) dalam buah mengkudu. Senyawa tersebut ialah xeronine dan proxeronine, yang secara fisiologis sangat aktif dan penting artinya bagi semua sel dalam tubuh manusia, terutama sel yang sehat. Beberapa hasil penelitian ilmiah membuktikan, ekstrak buah mengkudu (damnacanth) dapat menghambat fungsi dan pertumbuhan prekusor bagi kanker tertentu (K-RAS-NRK sel), buah mengkudu dalam bentuk juice, secara tidak langsung dapat meningkatkan sistem kekebalan terhadap tumor, mekanismenya melalui pengaktifan sel makrofag dan atau limfosit. Dalam bidang imunolog, sel makrofag menghasilkan bahan yang berperan sebagai mediator dalam komunikasi antar sel yang disebut monokin, sedangkan sel limfosit menghasilkan bahan sejenis yang disebut limfokin, Senyawa Xeronine dari buah mengkudu dapat mempercepat penyembuhan luka bakar, mekanismenya melalui aktivitasnya yang mengubah sistem procollogenase ke dalam protease spesifik secara cepat dan aman, yang akan menggantikan jaringan kulit yang telah mati akibat luka bajar. Ekstrak tanaman mengkudu merupakan obat pereda rasa sakit atau nyeri (analgesik). Penelitian terhadap khasiat mengkudu, sebagian masih dalam taraf penelitian pendahuluan, yaitu dengan menggunakan hewan seperti tikus sebagai media percobaan. Berbagai peneltian lanjutan juga sudah banyak dilakukan, mislanya Dr Heil Solomon melakukan analisis terhadap 8.000 orang pasien dalam kaitannya dengan pemulihan penyakit seperti kanker, jantung, gangguan pencernaan, diabetes, dan stroke. Selain sebagai obat, juice mengkudu bisa dijadikan minuman kesehatan (healthy tonic drink), sebagaimana ginseng, jahe dan temulawak. Untuk memperolah efek positif yang optimum, dianjurkan agar meminumnya setengah jam sebelum sarapan pagi. Hendaknya tidak diminum bersamaan denga kopi dan teh, serta buah yang di-juice yang masih hijau, karena kandungan xeroronine, damnacanthl dan senyawa berkhasiat lainnya lebih tinggi. Winarno (2000) menganjurkan, untuk mengurangi bau yang tidak sedap dari juice mengkudu, bisa dicampur dengan sari buah lain, milsanya asam jawa. Buah mengkudu sebagai bahan fitofarmaka, selain dikonsumsi dalam bentuk juice, sebenarnya bisa dalam bentuk bubuk atau kapsul, juga bisa dikombinasikan dengan bahan lain. Pengkajian dan penelitian mengkudu tidak sebatas sebagai bahan fitofarmaka, tetapi juga untuk bahan kosmetik (sabun, sampo, bedak, body lotion, dan sebagainya), bahkan sebagai zat pewarna alami (akar mengkudu mengandung senyawa morindon yang berwarna merah). Di Indonesia, penelitian mengenai khasiat mengkudu mulai marak sejak tahun 1998, dengan formulator dan penelitian pertama Lembaga Pengkajian Bisnis Pangan (LPBP) Bogor dan balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian (BBPIHP) Bogor. (Atep Afia). Sumber Gambar : http://carahidup.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/mengkudu.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline